Hits: 37

Orang Kristen adalah orang yang hidup dengan identitas baru. Apa dan bagaimana hidup dengan identitas baru dijelaskan dalam 2 Petrus 1:1-11 yang terdiri dari lima topik. Pertama, dasar identitas baru orang Kristen adalah iman kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Allah (ay. 1-2). Jemaat penerima surat Petrus adalah orang yang menerima iman. Iman ini berasal dari pengenalan akan Yesus Kristus.

Kedua, tujuan identitas baru adalah menuju hidup saleh dan memiliki kodrat ilahi (ay. 3-4). Karena kuasa ilahi-Nya, Yesus Kristus telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (atau “hidup dan kesalehan” ay. 3). Hidup yang saleh adalah tujuan kehidupan sebagai orang Kristen. Memiliki hidup yang saleh ini sama dengan mengambil bagian dalam kodrat ilahi (ay. 4). Memperoleh kodrat ilahi tidak berarti kita menjadi sama seperti Kristus, yaitu Allah sendiri, secara natur sehingga kita menjadi “allah” kecil tetapi bermakna bahwa kita harus memiliki karakter seperti Kristus. Karakter seperti Kristus berbeda dengan karakter dunia sehingga tatkala kita memiliki kodrat ilahi, kita harus meluputkan diri dari hawa nafsu duniawi.

Ketiga, praktik hidup dengan identitas baru adalah menumbuhkan nilai-nilai kebajikan (ay. 5-7). Hidup dengan identitas baru berawal dari iman dalam Yesus Kristus. Petrus menasihati supaya orang Kristen untuk, setelah menerima iman, menambahkan kepada iman itu nilai-nilai kebajikan yang mencerminkan karakter Kristus. Komitmen untuk menumbuhkan iman ini sangat penting sehingga Petrus menjelaskan bahwa jemaat harus “dengan sungguh-sunguh berusaha” melakukannya (ay. 5). Petrus mendaftarkan tujuh jenis karakter yang harus ditambahkan kepada iman yang menjadi dasar. Daftar ini tidak dimaksudkan sebagai daftar kebajikan yang komprehensif dan terbatas, yaitu dibatasi hanya pada ketujuh nilai ini. Nilai-nilai yang menyerupai karakter Kristus dapat juga ditemukan dalam Galatia 5:22-23 (buah Roh) atau 1 Korintus 13:4-6 (definisi kasih). Ketiga nas Alkitab ini patut menjadi bahan refleksi orang Kristen dalam upayanya menumbuh-kembangkan iman mula-mula.

Keempat, alasan perlunya menambahkan nilai-nilai kebajikan kepada iman adalah supaya orang-orang Kristen berhasil dalam pengenalan akan Kristus dan supaya tidak menjadi picik dan buta. Seseorang menjadi Kristen (beriman) melalui pengenalan akan Kristus. Namun, dia juga harus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Pengenalan akan Kristus yang benar diwarnai oleh kehadiran karakter seperti Kristus (ay. 5-7). Sebaliknya, Petrus menegur orang-orang yang tidak berusaha menambahkan kepada iman mereka karakter-karakter ini dan menyebut mereka sebagai orang yang picik dan buta. Orang-orang seperti ini adalah seperti orang yang tidak tahu menghargai kesempatan yang diperoleh dari identitas baru mereka. Sepatutnya setelah diselamatkan dari penghukuman dosa, mereka hidup lepas dari dosa dan hawa nafsu duniawi.

Terakhir, janji bagi orang yang menumbuhkan nilai-nilai kebajikan adalah pengenalan akan Kristus akan menjadi berhasil, mereka tidak akan tersandung, dan akan dikaruniakan hak penuh untuk masuk dalam kerajaan Allah yang kekal (ay. 10-11). Terlepas dari beberapa penafsiran yang berbeda mengenai ay. 10-11 dalam kaitan dengan jaminan keselamatan, fokus yang jelas adalah tanggung jawab orang yang terpanggil dan memiliki identitas Kristen adalah untuk menghidupi panggilan tersebut dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang sesuai dengan karakter-karakter Kristus. Hidup seorang Kristus haruslah menyatakan Kristus sehingga orang-orang dunia dapat melihat pikiran, mulut, tangan, dan kaki Kristus di dalam keseharian hidup orang-orang Kristen. Dengan demikian mereka akan berhasil dalam perjalanan mengenal Kristus dan mereka tidak akan tersandung ataupun menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Hubungan iman dan perbuatan adalah tidak terpisahkan. Hal ini bukan berarti keselamatan tergantung pada perubahan hidup kita (perbuatan yang mencerminkan identitas baru kita) tetapi kalimat-kalimat Petrus ini menunjukkan betapa seriusnya masalah pertumbuhan iman kita sehingga tanpa nilai-nilai kebajikan tersebut “kita tidak akan dapat masuk ke dalam kerajaan Tuhan dan juruselamat kita.” Kehidupan yang saleh dan memiliki kodrat ilahi, yaitu memiliki karakter Kristus, adalah bukti bahwa kita ada dalam Kristus melalui iman sehingga kita memiliki hak penuh untuk memasuki kerajaan kekal.