Hits: 27

Gal. 6:9 “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Ams 14:31 Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia. Karena Kel.22:20 “Siapa yang mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah ia ditumpas,” sudah dibahas ketika kita berbicara tentang Sepuluh Perintah, maka kita tidak mengulanginya lagi. Dan ayat 28-31 ini juga berbicara tentang topik lain, jadi kita hanya akan fokus pada ayat 21-27 hari ini. Dan kita akan langsung mulai dari ayat 21: Dalam masyarakat umum, ada tiga macam orang yang sering ditindas dan diremehkan, yang pertama: orang asing, yang kedua: yatim piatu dan janda, dan yang ketiga: orang miskin. Tentu saja hal yang sama berlaku di masyarakat Israel, tetapi dalam bagian ini, kita melihat bahwa Allah tidak menolak mereka, tetapi mereka dihargai dan dilindungi oleh Allah. Ketika Allah memberikan hukum melalui Musa, sangat penting bagi orang Israel untuk memperlakukan aturan dasar kehidupan (atau hukum) mereka. Ini benar-benar suatu aturan hukum yang melampaui zaman. Karena baik masyarakat Timur maupun Barat tidak pernah ada undang-undang yang dinyatakan sejelas dan sepasti ini. Sampai pada Perang Dunia Kedua, khususnya pada tahun 1948 “Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Kewarganegaraan” Perserikatan Bangsa-Bangsa barulah mulai ada yang bersifat internasional (ada perhatian dan gerakan secara global), yaitu Meskipun “Deklarasi Kemerdekaan” Amerika pada tahun 1776 dan “Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Kewarganegaraan” Prancis pada tahun 1789 mencerminkan gagasan ini, tapi tidak menggerakkan dan mematuhinya secara nyata. Sebaliknya, pada tahun 1861 mulailah Perang Saudara Amerika yang terkenal itu. Alasan utamanya terletak pada pembebasan diskriminasi budak kulit hitam dan perdagangan orang kulit hitam sebagai budak. Meskipun pembebasan budak kulit hitam oleh Lincoln berhasil, tapi tetap meninggalkan sisa-sisa pengaruh buruk sampai saat ini. Di bawah ini kita akan merenungkan lebih jauh:

Tipe orang pertama: orang asing. Yang disebut “orang asing” adalah orang yang sendirinya menderita karena meninggalkan kampung halamannya, dan tinggal di tempat orang lain yang seringkali dipandang sebelah mata dan mengalami penolakan penduduk setempat. Sebagian besar mereka dianggap telah merampas kepentingan masyarakat setempat dan merupakan suatu kelompok yang lemah. Bisa dikatakan fenomena ini sudah ada sejak kejadian Menara Babel saat orang tersebar. Seperti halnya bangsa Israel yang baru saja tiba di Mesir karena kebaikan Yusuf bagi mereka. Tetapi seratus tahun, dua ratus … 400 tahun kemudian, mereka mulai merasakan keberadaan bangsa Israel dari luar ini adalah suatu ancaman dan krisis bagi mereka, maka mulailah mencoba untuk menekan peningkatan dan perkembangan Israel. Karena itu, di awal kitab Keluaran sudah mulai dicatat tentang penganiayaan. Karena itu disebutkan secara khusus di sini “Janganlah menindas atau berlaku tidak adil terhadap orang asing; ingatlah bahwa dahulu kamu pun orang asing di Mesir.” (ayat 21). Tuhan memahami situasi dan penderitaan orang asing, dan menolong mereka, dan Dia telah menetapkan hukum yang memerintahkan orang Israel untuk tidak merugikan mereka, tetapi untuk memberi mereka tanah dan makanan yang layak mereka dapatkan dan memperlakukan mereka dengan adil.

Tipe kedua: yatim piatu dan janda. “Jangan memperlakukan janda atau anak yatim piatu dengan sewenang-wenang. Kalau kamu menjahati mereka, Aku, TUHAN akan mendengar mereka bila mereka berseru minta tolong kepada-Ku.” (Kel. 22:22-23). Anak yatim dan janda adalah kelompok lain dari kelompok lemah. Mereka tidak tahu hak dan kesejahteraan apa yang pantas mereka dapatkan, dan mereka tidak tahu bagaimana mencari apa yang pantas mereka dapatkan untuk diri mereka sendiri. Harta milik mereka juga bisa diambil alih oleh orang lain, dan hidup mereka kesepian dan tidak berdaya ( Bukan hanya makanan dan sandang yang menghadapi masalah, dan tidak ada jaminan, dan bahkan masalah perumahan pun sering terjadi.) Tapi Tuhan bermurah hati kepada mereka, maka Ia memerintahkan orang Israel untuk tidak menindas yatim piatu dan janda.

Tipe orang ketiga: orang miskin. Kel. 22:25 “Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.” Sebagian orang Israel mungkin karena ladangnya gagal panen dan menjual segala-galanya sehingga menjadi miskin. Tetapi Tuhan tidak melupakan mereka, Dia mengatakan kepada orang Israel untuk tidak mengambil bunga uang dari saudara-saudara mereka, atau untuk mengambil jubahnya sebagai gadai sehingga membuat mereka tanpa pakaian di malam hari.

Dari hukum-hukum ini, kita bisa melihat maksud hati Allah untuk manusia:

  1. Allah adalah Allah yang mengasihi semua orang. Allah mengasihi manusia, tidak hanya umat pilihan-Nya, tetapi juga orang asing di Israel. Dalam hukum Dia memerintahkan kita untuk tidak menindas orang asing, yang berarti bahwa kita tidak boleh mendiskriminasi siapa pun, seperti mereka yang masih belum diselamatkan dari dalam dosa, tetapi kita harus mengasihani mereka, berdoa untuk mereka, dan memberitakan Injil kepada mereka, sehingga mereka dapat bebas dari dosa.
  2. Allah mendengarkan doa semua orang. Allah mendengarkan doa semua orang, termasuk seruan mereka yang tidak percaya pada Tuhan. Tuhan mendengarkan seruan orang-orang yang belum percaya, kita yang percaya kepada-Nya, jika kita tidak berdoa, adalah percuma. Kita harus menghargai hak untuk berdoa.
  3. Allah akan menjawab. Mari kita lihat bagaimana perasaan Allah, Dia akan marah ketika Dia melihat penindasan, dan Dia bahkan akan menghukum si penindas. Kita sering berpikir bahwa Allah hanya berdiam diri dan mengabaikan ketidakadilan, padahal Allah telah berulangkali memberikan kesempatan kepada orang-orang jahat untuk bertobat. Kita harus mengintropeksi perkataan dan perbuatan kita agar tidak bersalah pada saudara-saudara, jika kita melakukan kesalahan, kita harus segera meminta maaf, saling mengakui dosa-dosa kita, dan saling mendoakan. Allah berkenan dengan keluarga yang penuh kasih dan belas kasihan. Kita harus menghindar dari berbuat salah kepada saudara-saudara sehingga membangkitkan murka Allah dan mendatangkan hukuman dari-Nya. “Karena Aku bermurah hati.” Allah memberikan kita semua yang dimiliki-Nya, termasuk Anak tunggal kesayangan-Nya. Apa yang kita peroleh dan apa yang kita miliki semuanya diberikan oleh-Nya, bukan yang pantas kita terima. Dia hanya menginginkan hati kita. Supaya kita semua berhati seperti hati Kristus dan memperlakukan orang di sekitar kita dengan kasih karunia. Ingatlah : “Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia. (Ams.14:31)