Hits: 442

Ketika orang merasa segalanya berjalan lancar, ia biasanya akan mengandalkan diri sendiri untuk memperlihatkan kemampuannya dan lupa untuk mengandalkan sang penciptanya. Tanpa disadari manusia akan memandang dirinya sangat tinggi dan timbul kesombongan. Inilah yang menyebabkan manusia jatuh dalam dosa; manusia memberontak kepada Allah dan timbul sikap tinggi hati. Adam dan Hawa karena ingin menjadi setara dengan Allah, maka timbul hati yang memberontak kepada Allah dan tidak mau mengandalkan Allah, akibatnya mereka jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu, jika manusia tidak waspada dan menganggap dirinya tidak membutuhkan Tuhan, maka ia akan sangat mudah jatuh ke dalam dosa kesombongan.

Setelah air bah di dunia berakhir, manusia hidup dalam dunia yang aman dan tentram, karena Tuhan tidak akan lagi menggunakan air bah untuk menghukum mereka. Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh sehingga mereka bisa terus beranakcucu dan bertambah banyak untuk menikmati kasih karunia Allah. Namun, di Kej. 11:1-9 dikatakan bahwa orang-orang mulai memikirkan diri sendiri. Mereka mendirikan menara Babel bukan untuk memberitakan nama Allah yang telah menyelamatkan mereka tapi untuk memasyurkan nama mereka sendiri (ayat 4). Sesungguhnya jika mereka mau menaati apa yang dijanjikan Allah, maka mereka harus beranakcucu dan bertambah banyak serta memenuhi bumi, artinya mereka harus menyebar ke seluruh bumi. Tapi karena mereka berpikir bahwa kekuatan mereka akan menyatu jika mereka bersama-sama, maka mereka mendirikan menara yang puncaknya mencapai langit. Tuhan tidak ingin mereka berbuat seperti itu; maka Ia mengacaubalaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak lagi mengerti bahasa masing-masing dan tersebar dari situ ke seluruh bumi. Akibatnya benar-benar buruk! Karena itu, ketika manusia tidak mau mengandalkan kekuatan Tuhan dan memandang diri sendiri tinggi, maka Tuhan akan bertindak dengan cara yang tepat untuk memecahkan masalah manusia.

Menurut seorang ilmuwan: “Ada dua macam orang di dunia ini, pertama orang benar yang menganggap dirinya adalah orang berdosa dan yang kedua adalah orang berdosa yang berpikir dia adalah orang benar.” Ketika seseorang menganggap dirinya orang benar dan tidak menyadari bahwa dia adalah orang berdosa, maka ia bisa dengan mudah berubah menjadi orang yang tinggi hati. Dia akan berusaha memperlihatkan kemampuannya dan dengan berbagai cara untuk menutupi kelemahan dirinya, kemudian dia akan memandang rendah orang lain.

Alkitab dalam Ams. 16:5,18 mengingatkan kita bahwa Tuhan membenci orang yang tinggi hati, dan tinggi hati mengakibatkan kehancuran. Kalau demikian, kita harus seperti yang dikatakan Ef. 4:2 “Hendaklah kalian selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dengan membantu satu sama lain.” Melalui sikap ini kita akan menyelesaikan ancaman kesombongan kita. Kita harus bergantung kepada Tuhan dalam segala hal dan dengan sikap rendah hati, lemah lembut, sabar dan kasih memperlakukan orang lain. Jadi, kita harus menyadari bahwa diri kita adalah orang-orang berdosa yang ditebus dan diselamatkan. Dalam hidup ini kita harus mengandalkan Tuhan dalam segala hal.