Hits: 715

Hari ini kita akan merenungkan kegagalan Abram dalam panggilan. Mengapa Abram bisa gagal? Bukankah Abram memiliki iman yang sangat luar biasa? Ketika Tuhan memerintahkan Abram untuk pergi meninggalkan negeri dan sanak saudaranya, ke negeri yang akan ditunjukkan kepadanya, Abram langsung pergi. Padahal Abram belum tahu di mana negeri yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Seolah-olah Abram sudah siap dengan segala resiko yang harus dihadapinya. Abram begitu yakin dan percaya akan perintah Tuhan itu. Dan memang benar, Abram sampai di negeri yang ditunjukkan Tuhan. Ayat 5 “Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.” Lalu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Perjalanan Abram seharusnya sudah selesai, karena dia sudah sampai di Tanah Kanaan dan mendirikan mezbah bagi TUHAN.

Tapi di Tanah Kanaan, Abram berkeliling dari Sikhem, kemudian ke pengunungan timur Betel, terus ke sebelah barat  Betel  dan mendirikan kemah, setelah itu mendirikan mezbah bagi Tuhan di Ai sebelah timur. Sesudah itu Abram makin jauh meninggalkan tanah Kanaan menuju Tanah Negeb (bagian selatan Kanaan). Akhirnya sampailah Abram ke Mesir dan makn jauh dari tanah Kanaan. Apa yang menjadi kegagalan Abram? Kegagalan Abram adalah meninggalkan tanah Kanaan yang diberikan Tuhan kepadanya dan Abram tidak jujur terhadap Tuhan dan Firaun. Inilah penyebab kegagalan Abram:

  1. Tidak memohon pimpinan Tuhan. Alkitab tidak mencatat apa yang dikatakan Abram kepada TUHAN saat tiba di Ai, waktu ia mendirikan mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN. Tapi ayat 9 dengan jelas mengatakan: “Sesudah itu Abram meneruskan perjalanan dan makin jauh ia berjalan menuju bagian selatan tanah Kanaan (Tanah Negeb). Namun di negeri itu sedang ada kelaparan yang sangat hebat, sehingga Abram pergi lebih jauh lagi ke selatan, ke negeri Mesir. Di sini Abram tidak meminta pimpinan Tuhan sehingga makin jauh ia dari tanah perjanjian atau makin jauh dari Tuhan.
  2. Iman dan ketaatannya kepada Tuhan mulai goyah. Pada awalnya Abram memiliki iman dan ketaatan yang luar biasa kepada Tuhan. Dengan taat ia melakukan perintah Tuhan yang sulit tanpa ada keraguan sedikit pun. Tetapi sayang, pada saat ia tiba di Mesir imannya mulai goyah, sehingga demi untuk bisa bertahan hidup di Mesir, ia telah melakukan suatu kebohongan yang mengerikan dengan meminta Sarai istrinya,: “Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.” (12:13). Bisa dibayangkan betapa hancurnya hati Sarai waktu itu. Di manakah iman Abram yang semula itu? Di sini kita dapat melihat keberhasilan kemarin tidak menjamin keberhasilan hari ini. Karena itu berjaga-jagalah senantiasa, supaya iman kita tidak goyah.
  3. Mengandalkan kemampuan sendiri untuk menyelesaikan masalah. Abram tahu jika Sarai mengakui bahwa Abram adalah suaminya maka bencana akan terjadi. Ia akan dibunuh dan Sarai akan diambil menjadi istri oleh Firaun. Oleh karena ingin menghindari masalah itu, maka Abram menyuruh Sarai berbohong. Abram ingin menyelesaikan persoalannya dengan mengandalkan kemampuan dan cara sendiri tanpa melibatkan Tuhan. Abram menganggap karena Sarai, ia bisa hidup, padahal hidup ada di tangan TUHAN. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa Abram telah melupakan pengalaman hidupnya bersama Tuhan. Abram lupa kepada Tuhan yang pernah berfirman kepadanya dan bagaimana ia memanggil nama-Nya ketika ia mendirikan mezbah bagi-Nya. Karena itu. tidak mengherankan bila Abram mengalami kegagalan dalam panggilannya.

Bagaimana dengan kehidupan kita hari ini? Jangan lupakan Tuhan di dalam setiap rencana dan keputusan yang akan kita ambil. Setiap saat bersandar dan mendekatlah selalu kepada Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin