Hits: 49

Keluaran 13:17-22 berbentuk ringkasan pengalaman keluarnya bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan perjalanan di padang gurun. Bagian ini diawali oleh ayat 17 “Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: “Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.” Kata “membiarkan” kurang mencerminkan gentingnya situasi (krisis) saat itu. Sebenarnya bukan “membiarkan”, tapi “mengirim” dalam arti “mendesak untuk pergi” atau “mengusir.” Firaun sudah dalam keadaan terdesak karena hebatnya tulah kesepuluh (anak sulung di Mesir mati). Bangsa Mesir pun mengusir Israel segera meninggalkan Mesir (Kel. 12:33). Selain itu, pengunaan kata “mengusir” ini mengingatkan juga pada Keluaran 3:20, 6:1 dan 11:1 di mana di sana Tuhan menjanjikan bahwa pada akhirnya Firaun akan membiarkan (“mengusir”) bangsa Israel keluar dari Mesir karena Tuhan akan memaksa dengan tangan yang kuat, yaitu melalui berbagai tulah, khususnya tulah kesepuluh. Penggunaan kata yang sama (“mengusir” atau “membiarkan”) dalam 13:17 mengingatkan kita bahwa sekarang Allah sungguh menepati janji-Nya yang disampaikan dalam pasal-pasal sebelumnya tersebut. Allah setia memegang janji-Nya. Suatu catatan singkat tentang tulang-tulang Yusuf dibawa keluar dari Mesir juga menunjukkan kesetiaan Allah akan janji-Nya di mana Yusuf membuat bangsa Israel bersumpah dengan sungguh-sungguh: “Allah tentu akan mengindahkan kamu, maka kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini” (Kel. 13:19). Apa yang terjadi sudah dicatat dan dijanjikan sebelumnya dalam Kejadian 50:25.

Namun, Allah bukan hanya Allah yang setia terhadap janji-Nya. Lebih lanjut dikatakan: “Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin” (ay. 17). Saat Firaun mengusir Israel keluar, Allah tidak membawa mereka melalui jalan orang Filistin (untuk masuk ke Kanaan) walaupun dekat karena Allah menjaga supaya bangsa itu tidak menjadi menyesal ketika melihat peperangan dan mau kembali ke Mesir (ay. 17). Pada masa itu diketahu bahwa jalan dari Mesir ke Kanaan dijaga oleh pasukan militer. Kalau bangsa Israel langsung diperhadapkan dengan peperangan sementara mereka adalah mantan budak yang tidak pernah berperang, mereka mungkin akan menjadi takut dan bahkan terbunuh. Karena itu, opsi yang diambil adalah memutar menuju laut Teberau terlebih dahulu dan baru berjalan menuju Kanaan. Tindakan ini juga menunjukkan bahwa Allah menuntun bangsa Israel dalam perjalanannya. Ia tidak membiarkan mereka berjalan sendiri. Allah memanggil Israel untuk melaksanakan rencana-Nya dan untuk itu, Ia juga memimpin mereka supaya mereka dapat dengan selamat dan sempurna sampai pada tujuan yang dikehendaki-Nya.

Tuntunan Tuhan nampak dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Dalam ayat 21 tertulis: “TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.” Tuhan berjalan (atau “selalu/senantiasa berjalan”) di depan mereka setiap hari dan lewat tiang awan dan tiang api menuntun dan memampukan mereka terus berjalan hingga ke tanah Perjanjian. Tuhan berkuasa untuk menolong kita. Seperti halnya Tuhan menuntun Israel, Tuhan juga akan menuntun kita dalam kehidupan kita. Tuhan akan memperlengkapi untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya dari kita. Ia akan menuntun dan menolong dalam pergumulan kita supaya  rencana-Nya terlaksana.