Hits: 19
Ada dua bagian dalam teks Keluaran 35:1-36:7, yaitu pengaturan tentang Sabat (35:1-3) dan persembahan untuk membangun Kemah Pertemuan (35:4-36:7). Firman Tuhan hari ini akan menyoroti bagian kedua. Dalam kisah kedua, Musa telah turun membawa dua loh batu hukum yang baru. Misi selanjutnya adalah untuk mendirikan Kemah Suci, yaitu kemah pertemuan dengan Tuhan, dan mengadakan kebaktian di dalamnya. Kemah Suci juga akan menjadi tempat menaruh kedua loh tersebut, yaitu di dalam sebuah tabut. Untuk dapat membangun Kemah Suci, diperlukan dukungan dari bangsa Israel berupa persembahan yang dibawa kehadapan Tuhan. Musa memberikan perintah kepada bangsa Israel (35:4-19) dan bangsa Israel kemudian melakukan apa yang perintahkan Musa (35:20-35), bahkan mereka melakukannya dengan berlebih (36:1-7). Kisah hari ini memberikan empat ajaran.
Pertama, persembahan adalah persembahan khusus. Yang dimaksud khusus adalah bahwa ini bukan persembahan rutin yang sudah ditetapkan Tuhan dilakukan bangsa Israel. Persembahan rutin misalnya persembahan hasil panen pada tiga hari raya utama di mana laki-laki Israel harus berkunjung ke Yerusalem (34:18-22): Roti Tidak Beragai (Paskah), Pentakosta (hari raya Tujuh Minggu), dan Tabernakel (Pondok Daun) atau persembahan pengganti anak sulung (34:19-20)
Kedua, persembahan barang dan tenaga. Wujudnya juga menjadikannya persembahan khusus. Wujud persembahan dapat berupa barang persembahan (mis: emas, perak, dll.) yang dibawa oleh laki-laki dan perempuan (ay. 22 dan 29) atau persembahan keahlian untuk pembangunan. Persembahan rutin biasanya berupa korban dari binatang atau hasil pertanian. Tidak ada alasan untuk tidak bisa melayani atau mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan karena semua hal dapat diberikan kepada Tuhan: benda, tenaga, keahlian. Selain itu, semua orang dapat memberikan persembahan, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang tua, dewasa, pemuda, remaja maupun anak-anak.
Ketiga, persembahan ini bersifat sukarela (ay. 29) dan dibawa oleh orang yang tergerak hatinya atau terdorong jiwanya. (ay. 5, 21). Persembahan harus dengan rela hati. Pesembahan sukarela (khusus) ini dilandasi oleh dorongan hati (tergerak hatinya).
Keempat, kesempatan dan kemampuan memberikan persembahan asalnya adalah dari Tuhan. Walaupun memang keduanya sudah memiliki kemampuan (bakat) sejak lahir, sesungguhnya Allah yang memberikan keahlian kepada Bezleel dan Aholiab sehingga mereka mampu melakukan pekerjaan keahlian tangan untuk membangun. Bukan hanya itu saja, roh Allah juga memberikan kemampuan untuk mengajar bangsa Israel supaya mereka juga dapat melakukan pekerjaan tangan yang dibutuhkan untuk membangun kemah suci (ay. 30-35). Sama dengan itu, kemampuan untuk membawa sesuatu barang sebagai persembahan kepada Tuhan juga adalah pemberian Tuhan. Jikalau seorang membawa persembahan kepada Tuhan, bukan hanya yang dibawa itu asalnya adalah dari Tuhan, tetapi kemampuan untuk memberikan pun adalah karya Tuhan.
Akhirnya, Musa harus menghentikan persembahan orang Israel. Orang-orang Israel yang terdorong hatinya terus menerus membawa persembahan kepada Tuhan. Persembahan yang dibawa oleh bangsa Israel sudah melebihi kebutuhan pembangunan Kemah Pertemuan (36:4-5). Alhasil, Musa pun mengumumkan bahwa persembahan sudah cukup dan kesempatan sudah ditutup.
Hari ini kita melakukan persembahan secara berbeda dengan persembahan khusus dan rutin seperti yang dipraktikkan orang Israel. Namun, arahan bagi kita adalah kita mempersembahkan seluruh hidup kita untuk Tuhan: barang, uang, tenaga, waktu, hati. Dalam Kristus, kita dipanggil untuk mempersembahkan tubuhmu (hidupmu) untuk Tuhan (Rm. 12:1). Persembahan dilandasi oleh dorongan hati karena kita telah menerima anugerah keselamatan dan hidup yang baru dari Tuhan (“Oleh kemurahan Allah …” Rm.12:1).