Hits: 39
Filipi adalah perjalanan misi Paulus kedua, ketika di Troas ia mendapatkan penglihatan dari Makedonia. Lalu ia bersama Timotius, Lukas, dan Silas menyeberangi ke Makedonia, dan masuk ke kota Filipi. Kota Filipi merupakan misi pertama Paulus ke Eropa. Dia mendirikan jemaat pertama di Eropa di Filipi, dan Filipi menjadi tempat yang strategis untuk penginjilan Paulus. Memang Jemaat Filipi memiliki kesaksian yang luar biasa dalam pelayanan penginjilan, dalam banyak hal mereka dapat menjadi teladan bagi gereja-gereja, namun jemaat ini juga memiliki ketidaksempurnaan, dan ada juga ketidakharmonisan di antara mereka. Ada dua perempuan Euodia dan Sintikhe tidak sehati sepikir. Hal ini tidak mengherankan juga, karena di mana ada orang di situ pasti ada masalah. Asalkan itu adalah sekelompok orang pasti ada masalah di dalamnya. Karena manusia memiliki natur dosa, dan tanda yang dilambangkan oleh dosa adalah kekurangan dan ketidaksempurnaan. Karena itu, kita tidak dapat menemukan apa yang disebut persekutuan yang sempurna di dunia ini. Tapi! Jika anak-anak Tuhan tidak menata hubungan antar manusia yang rusak dengan baik, maka akan kehilangan kesaksian dan bahkan mempengaruhi perkembangan gereja dalam pelayanan Injil. Pada saat yang sama, ini bukanlah sikap iman yang harus kita miliki, tetapi sebaliknya dalam kehidupan nyata, dengan hidup Tuhan di dalam kita, kita dapat menjalani kehidupan Kristen yang normal.
Allah tidak hanya menciptakan manusia, tetapi juga memberi tahu mereka bagaimana menjadi manusia melalui Alkitab “Buku pedoman hidup” yang berharga ini. Ada banyak pelajaran dalam Alkitab tentang bagaimana hidup bersama dengan orang lain, misalnya dalam Sepuluh perintah, empat perintah pertama adalah tanggung jawab manusia kepada Tuhan, dan enam perintah terakhir adalah hukum moral yang harus dipatuhi setiap orang.
Yesus mengajari kita bagaimana prinsip hidup bersama dengan orang lain. Prinsip paling dasar adalah “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Pada saat yang sama, Yesus Kristus mengajari kita: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat. 7:12). Ayat mas ini adalah peraturan emas dalam kehidupan kita bersama dengan orang lain, ini adalah prinsip yang tidak akan pernah ketinggalan zaman. Kedamaian dan ketenangan pikiran pribadi, ketertiban dan ketentraman sosial, masa depan dan nasib suatu negara, dan bahkan kedamaian dan kemakmuran dunia bergantung pada peraturan-peraturan ini. Bagaimana seharusnya kita menata kehidupan kita dengan orang lain?
1. Pertama-tama — menata kehidupan dengan Tuhan.
Menata kehidupan dengan Tuhan adalah pemulihan dan pembangunan kembali hubungan paling mendasar dalam hidup. Untuk menata kembali hubungan Petrus dengan Tuhan, Yesus Kristus setelah kebangkitan, Ia bertanya kepada Petrus tiga kali, “Apakah engkau mengasihi-Ku?” Hal ini untuk membuat Petrus bisa bangkit kembali dari kegagalan tak terlupakan yang dialaminya, karena kunci terpenting dari hidup dalam melayani Tuhan adalah “mengasihi Tuhan”, karena itu “Mengasihi Tuhan adalah dasar dari menata kehidupan Petrus dengan Tuhan; Mengasihi Tuhan adalah faktor terpenting dalam membawa Petrus kembali ke hati Yesus; Mengasihi Tuhan membuat Petrus mendapatkan kekuatan baru dapat memenuhi syarat utama menggembalakan kawanan domba Tuhan Yesus.
2. Di dalam Kristus – menata kehidupan dengan manusia.
Mengapa harus di dalam Kristus? Yesus berkata: “Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Rasul Paulus mengemukakan satu perkataan yang sangat penting “di dalam Kristus” di awal pasal 2. Dia melihat segala sesuatu dari perspektif “di dalam Kristus”; juga menyelesaikan semua masalahnya dengan “di dalam Kristus”. Semuanya demi Yesus Kristus, pemikiran seperti ini mengalir di dalam kitab Filipi, dan pemikiran seperti ini juga harus mengalir dalam hati dan pikiran kita. Dengan kata lain, menurut Paulus seorang Kristen, yang menjadi fokus pertimbangan harus – Yesus Kristus – dan di dalam Yesus Kristus juga. Di sini menata kehidupan dengan manusia yang dibangun bukanlah emosional, tetapi kehidupan yang menunjukkan kehadiran Tuhan.
3. Hendaklah menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus (berjiwa seperti Kristus) – menata kehidupan dengan manusia.
Paulus menulis surat ini, khusus untuk mengingatkan orang-orang percaya hendaklah berjiwa seperti Kristus dan meneladani hati Kristus. Hati Kristus adalah hati yang rendah hati, hati yang berkorban, hati yang melayani, hati yang mengasihi manusia, hati yang pemaaf, dan hati yang tidak egois. Ini bukan hanya keteladanan secara lahiriah, pembelajaran dan keteladanan karakter, tapi juga adalah keteladanan hidup. Kita belajar bagaimana mengasihi sepanjang hidup kita, dan Tuhan ingin kita menghargai hidup kita dengan orang lain dan berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankannya. Tidak peduli seberapa besar perselisihan, luka atau konfliknya, kita tidak boleh menyerah. Ada penyertaan Roh Kudus di dalam Kristus, iman yang teguh dan tak tergoyahkan, serta tindakan kasih yang nyata. Kiranya Tuhan menolong kita menata kehidupan dengan Tuhan terlebih dahulu, kemudian di dalam Kristus berjiwa seperti Kristus. Dalam menata kehidupan dengan manusia, akan ada penyertaan Roh Kudus, iman yang teguh dan tak tergoyahkan, tindakan kasih yang nyata dan menjadi berkat bagi orang banyak.