Hits: 19
Menjelang Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan, Dia masih sempat memberikan beberapa ajaran kepada murid-muridNya melalui perbuatan nyata, yaitu pertama, membasuh kaki murid-muridNya. Melalui tindakan ini Yesus ingin mengajarkan kepada mereka bahwa inilah arti kemerdekaan yang sebenarnya yaitu kalau seseorang bisa melayani sesamanya. Jadi kalau kita bisa melayani sesama, itu berarti kita merdeka. Orang yang belum merdeka adalah orang yang terus menerus menuntut untuk dilayani. Sebagai Tuhan dan Raja, Yesus mau melakukan pekerjaan yang paling rendah, yaitu membasuh kaki murid-murid. Ia sudah merendahkan diri sedemikian rupa untuk manusia. Karena itu ketika Petrus berkata jangan sampai Tuhan membasuh kakiku, Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Artinya kalau engkau tidak mau percaya dan menerima ketika Aku melakukan pekerjaan yang begitu rendah, engkau tidak akan bisa diselamatkan. Pekerjaan yang rendah itu adalah nanti yang akan terjadi bahwa Tuhan disalib dan mati untuk menggantikan seluruh umat manusia.
Kedua,menetapkan perjamuan malam. Ketika mereka sedang makan, Tuhan mengambil cawan dan dikatakan: “inilah darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” Itulah sebabnya dalam Perjanjian lama hidup dituntun oleh Taurat dan dimateraikan dengan darah domba sedangkan dalam Perjanjian baru adalah hidup berdasar pada rahmat dan anugerah Allah dan dimateraikan oleh darah Yesus
Setelah dua peristiwa ini, Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Yang sangat menarik dan membingungkan kita adalah sebelumnya Tuhan Yesus sangat berani dan percaya diri bahwa darah-Nya akan tertumpah sebagai materai perjanjian baru, sekarang Dia mengalami satu ketakutan yang luar biasa. Maka di dalam ayat 37-38 dikatakan: mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Dalam ketakutan yang luar biasa itu Tuhan Yesus berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (ay. 39). Yesus adalah manusia yang sempurna dan Allah yang sempurna. Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, Dia tegar dan kuat, tapi sebagai manusia Ia merasa lemah, takut, lapar dan dahaga.
Dalam kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, Ia mengalami serangan yang dahsyat dari Iblis, pertama ketika Ia mau memulai pekerjaan-Nya dan kedua, ketika Ia mau mengakhiri pelayanan-Nya. Tujuan serangan itu adalah agar Tuhan Yesus membatalkan rencanaNya untuk menyelamatkan manusia (menolak rencana Allah). Tapi serangan Iblis dipatahkan dengan kuasa firman Tuhan dan doa. Kedua hal ini sangat penting dalam kehidupan umat Kristen. Firman Allah memberi terang hidup, mengajar, menegur dan menumbuhkan iman kita kepada Tuhan. Dan melalui doa kita dapat bersekutu atau berkomunikasi dengan Tuhan
Di taman Getsemani Tuhan Yesus diperhadapkan dengan dua pilihan, yaitu kehendakku atau kehendak-Mu. Jika kehendakku yang terlaksana maka tidak ada pengampunan dosa, semua manusia akan berjalan menuju kebinasaan kekal. Tetapi kalau kehendak-Mu yang jadi maka ada jaminan hidup dari Allah karena ada pengampunan. Diakhir pergumulan doa-Nya, Tuhan Yesus berkata: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”
Bagaimana kita sebagai pengikut-pengikut-Nya? Mari kita meneladani-Nya, ketika menghadapi pilihan di dalam hidup ini, bukan menurut kehendak diri sendiri, melainkan kehendak Bapa.