Hits: 151
Matius pasal 5 sampai 7 adalah “Khotbah di Bukit” Yesus Kristus, yang merupakan inti sari dari kepercayaan Kristen dan kunci bagaimana seharusnya kehidupan orang percaya. “Khotbah di Bukit” dimulai dengan “Delapan ucapan bahagia”, yang dibicarakan adalah tentang “Firman hidup”, “karakter” surgawi yang seharusnya dimiliki oleh para murid. Bagian ini menggambarkan karakteristik umat kerajaan Allah. Yang akan kita renungkan pada hari ini adalah dua awal ucapan bahagia dari delapan ucapan bahagia. Yang pertama: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah”, yang kedua “Berbahagialah orang yang berdukacita”. Tema pada hari ini diambil dari Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari yaitu “Orang Tidak Berdaya”. Orang miskin dalam Revised Chinese Union Version diterjemahkan “Orang miskin di hadapan Tuhan”
- Matius 5:3 “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Dengan kata lain, Kerajaan Sorga disediakan untuk orang yang miskin dan orang yang tidak berdaya, namun dari pengalaman hidup manusia, kita dapat melihat bahwa baik kekosongan jiwa maupun kemiskinan materi semuanya adalah penderitaan, pasti bukanlah suatu hal yang berbahagia! Tidak ada seorangpun yang suka miskin! Tetapi, yang dikatakan Yesus “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”, adalah miskin (merasa tidak berdaya) yang manifestasi hidupnya justru bertentangan dengan tren dunia. Kemiskinan yang disebutkan di sini bukanlah kemiskinan materi tetapi kemiskinan dalam hal kekuatan moral, kebenaran dan pengetahuan, serta kekudusan hi Ketika seseorang menemukan bahwa hidupnya penuh kelemahan, ketidakberdayaan, dan tidak dapat memenuhi tuntutan Tuhan, maka ia akan rendah hati dan merasa perlu bersandar kepada Tuhan. Orang yang miskin di hadapan Tuhan adalah orang yang berserah kepada Tuhan, mereka akan menyerahkan keinginan, pengetahuan dan kesombongan diri sendiri di bawah kuasa Allah. Inilah berkat pertama, yang merupakan dasar untuk menerima berkat-berkat yang lain dan syarat untuk memperoleh hidup kekal, serta prasyarat kehidupan orang Kristen. Ini adalah anugerah Allah.
- Matius 5:4 “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” Dukacita adalah ungkapan emosional yang negatif. Bagaimana mengukur kebahagiaan itu? Apakah semangat dukacita seperti ini adalah sasaran yang harus dikejar oleh orang percaya? Sebenarnya, “Berbahagialah orang yang miskin dan orang yang berdukacita” yang dikatakan oleh Tuhan Yesus adalah berkesinambungan. Pertama-tama dukacita di sini adalah mengacu pada orang yang berdukacita atas dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan. Juga merupakan suatu manifestasi yang pasti akan dimiliki orang-orang setelah benar-benar miskin rohani di hadapan Tuhan. Ketika seseorang menyadari bahwa dia tidak berdaya, maka ia akan berdukacita atas dosa-dosanya di hadapan Tuhan, orang seperti ini disebut orang yang berbahagia karena dia akan memperoleh pengampunan dosa dan penghiburan dari Tuhan.
Saya pernah melayani di sebuah gereja dan mengenal seorang saudara berumur 80 tahun yang telah meninggalkan gereja lebih dari dua puluh tahun, ia berbaring di tempat tidur tidak berdaya. Dia dulunya adalah pengurus gereja pertama. Melalui beberapa kali pembesukan dan sharing akan kasih Tuhan kepadanya, pada suatu hari ketika saya sedang sharing akan kasih Tuhan, dia tiba-tiba menangis dan berduka mengakui dosanya dan bertobat dari kejahatannya di masa lalu. Saya memegang tangannya dan berdoa bersamanya, memohon belas kasihan Tuhan, untuk mengampuni dosa-dosanya dan kuasa darahNya menyucikannya. Puji Tuhan! Hatinya telah mendapatkan penghiburan dari Tuhan dan penuh damai sejahtera dan sukacita. Pada malam hari itu Tuhan Yesus berjubah putih dengan cahaya di sekelilingnya menampakkan diri kepadanya dan berkata: “Penyakitmu telah sembuh”. Saya percaya ini adalah penyakit rohani yaitu dosanya telah diampuni. Beberapa hari kemudian, saudara lanjut usia ini meninggal dunia dengan tenang dan kembali ke pangkuan Bapa.
Matius 5:3-4 “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” dan “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” adalah kebenaran yang berharga dan Firman hidup. Kiranya Roh Kudus menolong kita orang-orang kepunyaan Allah, untuk sungguh-sungguh menjalani pola kehidupan surgawi ini sehingga kuasa Allah dapat disempurnakan di dalam kelemahan rohani, ketidakberdayaan dan ketidaklayakan kita, supaya Tuhan kita memperoleh segala kemuliaan!