Hits: 135
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” (Kel. 20:12). Ini adalah hukum kelima dari Sepuluh Hukum, yang merupakan perintah Allah. Yang disebut perintah berarti harus dilaksanakan. Jika kita tidak taat, maka kita akan kehilangan berkat dari ketaatan pada perintah. Menghormati orang tua adalah tanggung jawab dan kewajiban orang Kristen.
Kasih ibu sangat besar. Dalam sejarah ada contoh ibu Mensius dan Yue Fei, dan dalam sejarah gereja ibu Muller, John Wesley, Agustinus dsbnya. Tema renungan kita hari ini adalah “Air mata ibu.” Banyak orang tahu akan keagungan seorang ibu, tapi apakah Anda tahu air mata ibumu? Seorang pria meneteskan darah tidak meneteskan air mata, tapi seorang wanita mudah sekali meneteskan air mata, terutama ibu, sering menangis.
Hari ini kita akan melihat air mata tiga ibu dari Alkitab:
- Air mata Hagar (Kej. 21-14-16). Hagar adalah hamba Sara, yang menjadi istri muda Abraham karena anjuran Sara dan melahirkan Ismael. Tapi Ismael bukanlah anak yang dijanjikan Allah kepada Abraham. Ketika Abraham berumur 100 tahun, barulah Allah menggenapi janji-Nya dan membuat Sara melahirkan Ishak. Kemudian Sara menyuruh Abraham untuk mengusir Hagar dan anaknya, Ismael, karena ia tidak dapat menerima milik pusaka bersama Ishak. Waktu Hagar pergi, ia hanya membawa sekirbat air, dan ketika airnya habis di tengah padang gurun, lalu ia meninggalkan anaknya kira-kira 100 meter jauhnya, dan menangislah ia dengan suara nyaring. Hagar tidak melihat di situ ada sumur, karena ia sangat sedih dan hanya tahu menangis. Sekali orang hanya melakukan hal-hal berdasarkan emosi, maka mereka tidak dapat melihat semua yang telah disediakan Allah baginya. Seringkali ketika kita menghadapi masalah yang sulit, kita hanya mengeluh menyalahkan Tuhan dan orang lain, bahkan menangis sampai tidak bisa melihat, padahal Tuhan telah menyediakan segalanya bagi kita.
- Air mata Hana (1Sam.1:9-10). Elkana mempunyai dua orang istri, yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak. Setiap kali mempersembahkan korban, diberikannyalah satu bagian korban kepada Hana, isterinya, walaupun ia tidak bisa melahirkan, sebab Elkana sangat mencintai Hana. Tetapi Penina selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, sehingga ia menangis tidak mau makan dan menangis sambil berdoa kepada Tuhan, ia mencurahkan isi hatinya di hadapan-Nya. Inilah air mata Hana. Ia berdoa sambil menangis tersedu-sedu di hadapan Tuhan, karena itu Tuhan memperhatikan dia dan membuatnya mengandung dan melahirkan Samuel.
- Air mata Maria ( Luk. 2:34-35). Ketika Tuhan Yesus lahir dan disunatkan pada hari kedelapan di Bait Allah, Simeon menerima wahyu dari Roh Kudus dan berkata kepada Maria: “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri”. Ketika Yesus Kristus melayani di dunia, yakin bahwa Maria meneteskan banyak air mata; ketika ia melihat bahwa Yesus ditolak oleh penduduk setempat dan tidak percaya apa yang Ia lakukan, Yesus bahkan mengatakan bahwa “seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri.” Ini adalah hal yang menyedihkan bagi Maria. Ketika orang mengatakan pada Yesus : “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu datang menemui Engkau.” Jawab Yesus kepadanya: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku? Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Pada saat itu, hati Maria pasti sangat terluka, Yesus benar-benar menolaknya di depan orang banyak, tetapi jawaban Yesus adalah dikatakan dari keilahian-Nya. Selain itu, ketika Yesus dalam masa sengsara, Ia diadili dan dihukum, menuju jalan salib yaitu Via Dolorosa (di jalan penderitaan sampai penyaliban di Kalvari. Maria berdiri di bawah salib melihat putranya, disalibkan dengan begitu tragis, dia benar-benar membasuh wajahnya dengan air mata, dan hatinya seperti ditusuk dengan pisau, tetapi puji syukur kepada Allah, Tuhan Yesus bersedia menderita dan mati untuk kita.
Yakin bahwa setiap ibu pernah menangis, lalu ketika ibu menangis siapa yang bisa menghibur?
- Suami – “Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” (1Ptr. 3:7). Tuhan telah mengatur suami sebagai kepala keluarga, jika peran suami adalah menjadi suami, berani bertanggungjawab dan berdiri di atas kebenaran, maka isterinya tidak akan diganggu (bully) orang.
- Anak-anak – “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu —, supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. ” (Efs. 6:1-3). Jika kita menghormati orang tua kita, kita akan diberkati, ini adalah hukum sebab dan akibat.
- Penghiburan dari Tuhan – “Hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu….” (Yes. 46:3-4; Lht. 49:14-16).