Hits: 320
Menjelang akhir hidupnya raja Salomo melihat kembali hidupnya pada masa lalu, dan ia menemukan adanya pengaruh yang menyebabkan kemerosotan kehidupan rohaninya. Karena itu di dalam pengkhotbah ia menyampaikan penyesalan, pertobatan dan kesaksiannya supaya orang lain tidak melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya. Kesaksiannya sangat berbeda dengan kesaksian Paulus di 2Kor.4:16 “…meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Kesaksian Paulus menunjukkan dengan bertambahnya usia, kehidupan rohaninya makin bertumbuh, tapi Salomo justru kebalikannya.
Dalam kitab Pengkhotbah 5 Salomo menceritakan tentang 3 kesalahannya:
- Kebodohannya dalam memuji Tuhan (ayat 1-6). Ada kebodohan besar yang ia lakukan, juga orang zaman dulu sampai sekarang yang berkenaan dengan ibadah. Kebodohanya adalah dosa dan kesalahannya ditutupi dengan doa yang panjang-panjang, janji kosong dan perkataan banyak yang disampaikan kepada Tuhan. Dan adanya kecenderungan untuk memaksa Allah mengikuti kemauannya. Akhirnya dia mengakui perbedaan yang besar antara Allah dan manusia, yaitu Allah ada di surga dan manusia di bumi. Allah itu Maha tinggi dan Maha kudus sedangkan manusia adalah ciptaan Allah. Karena itu manusia harus bersandar dan takut kepada TUHAN (ayat 6.)
- Tentang kehormatan dan kuasa (ayat 7-8). Salomo adalah raja yang sangat terkenal dan hidup dalam kemewahan yang luar biasa pada waktu itu. Bahkan namanya pernah disebutkan Tuhan Yesus dalam Mat. 6: 28-29 “Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.” Raja Salomo memiliki segala-galanya. Jangankan harta dan kuasa, ia bahkan memiliki seribu selir. Tapi akhirnya ia menyadari bahwa semua kuasa yang dimilikinya itu berasal dari Allah. Tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah. Bukan berarti yang berkuasa untuk memerintah bebas dari dosa, sehingga bisa berbuat semaunya. Tetapi justru ia harus mempertanggungjawabkan jabatan dan tindakannya kepada yang ada di atasnya (Tuhan).
- Tentang uang dan harta benda (5: 9 – pasal 6). Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya…(ay.9). Apakah uang dan harta benda itu jahat? Kej. 1:31 Allah menciptakan dunia materi, dan menyatakankan bahwa semuanya itu sungguh amat baik. Yang disebut materi sandang pangan dan papan, termasuk uang itu baik. Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya. Jadi hendaklah kita merasa bersyukur dan jangan merasa bersalah untuk menikmatinya. Yang tidak boleh adalah materialistis, tamak dan kikir.
Salomo menyadari bahwa kesalahan besar yang dia lakukan adalah menggeser posisi Allah dalam hidupnya dengan uang dan harta benda. Dia lebih mencintai uang dari pada Allah. Akhirnya ia sadar harta benda yang dimilikinya itu sangat terbatas, hanya berguna dalam dunia fana yang sementara ini, sedangkan Allah adalah kekal. Dialah yang bisa membawa dan menjamin kita masuk di dalam kekekalan. Dan setiap manusia sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatu pun yang dapat dibawa dalam tangannya. Untuk itu, setiap kita dinasehati agar menggunakan harta benda yang Tuhan percayakan dengan bijak karena harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Apa yang kita miliki harus kita kembalikan kepada Tuhan melalui sesama kita supaya Tuhan dimuliakan.