Hits: 26
Fokus renungan kita adalah pada 1:4-11. Perikop ini dapat dibagi atas tiga bagian: 1:4; 1:5-6; dan 1:8-11. Pertama-tama, ayat 4 berfungsi sebagai ucapan syukur/pernyataan sukacita surat. Yohanes sangat bersukacita bagi jemaat yang menerima suratnya karena ada sebagian (TB-LAI: separuh) dari anak-anaknya, yaitu “anggota-anggota jemaat” (bdk. 1:1) hidup (berjalan) dalam kebenaran. Ini adalah hal yang sesuai dengan perintah Bapa. Apakah hidup dalam kebenaran itu? Istilah kebenaran yang dimaksud di sini bukanlah sekadar hidup yang benar (sikap yang baik) tapi hidup di dalam kebenaran dari Allah. Kebenaran ini berkaitan dengan kebenaran mengenai Tuhan Yesus Kristus, yaitu bahwa Yesus telah datang ke dalam dunia sebagai manusia dan bahwa Yesus adalah Kristus, Mesias yang diurapi dan diutus Allah. Percaya kepada kebenaran ini dan kepada Yesus sebagai Kristus merupakan perintah dari Bapa. Artinya, setiap orang yang mengaku diri sebagai Kristen tidak dapat tidak harus memiliki pengakuan seperti ini.
Selanjutnya Yohanes menyebutkan perintah Allah yang lain yang juga harus ditaati orang Kristen. Yohanes bergerak maju ke topik lebih spesifik ayat 5 yaitu tentang kasih. Ayat 5: Perintah dari Allah Bapa adalah untuk saling mengasihi. Karena itu hidup (berjalan) dalam kebenaran diwujudkan dengan sikap mengasihi satu sama lain. Orang percaya harus saling mengasihi satu sama lain. Perintah Bapa ini bukanlah perintah baru, tetapi perintah yang sudah sejak semula diberikan kepada jemaat. Ini mengingatkan kepada Yohanes 13:34-35 di mana Yesus memerintahkan hal yang sama. Keunikan dari perintah dalam surat Yohanes adalah supaya “saling” mengasihi. Ini berbeda dengan penekanan dalam kitab-kitab Injil lainnya dan PL yang menekankan sikap mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Dalam kehidupan bergereja, kita harus menampakkan sikap “saling mengasihi”. Sikap mengasihi bukan hanya bersifat personal (mengasihi orang lain), tetapi juga komunal (saling mengasihi). Dalam kehidupan bergereja, baik lokal maupun universal, sikap saling mengasihi harus menjadi ciri dari sikap orang-orang Kristen supaya dunia dapat mengenal bahwa kita adalah murid-murid Yesus.
Di bagian terakhir, Yohanes membahas lagi tentang kebenaran (1:7-11) walaupun tidak secara eksplisit. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, kebenaran yang dimaksudkan adalah menyangkut Yesus telah lahir ke dalam dunia sebagai manusia dan datang ke dunia sebagai Mesias (Kristus). Orang percaya harus memegang teguh kebenaran ini. Kebenaran ini hal yang penting. Ini jelas dalam 1:1-3 di mana kata “kebenaran” muncul sampai empat kali. Yohanes juga mengajak jemaat untuk mengasihi “dengan kebenaran” (1Yoh. 3:18). Lebih lanjut, Yohanes mengajar tentang hal kebenaran ini. Yohanes memperingatkan bahwa banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia (ay. 7). Orang-orang ini adalah penyesat dan antikristus. Jemaat harus bersikap waspada (ay. 8). Hal tentang penyesat dan antikristus adalah hal yang amat serius. Di dalam ayat 9-11 lebih lanjut Yohanes memberikan penjelasan dan peringatan tentang apa yang dimaksudkannya. Bahkan ia melarang jemaat untuk menerima dan bersekutu dengan orang-orang yang memiliki kebenaran demikian tentang Yesus Kristus (ay. 10-11). Kebenaran pengajaran tentang Yesus dalam iman Kristen merupakan hal yang penting karena ini merupakah hal dasar (esensial) dalam hidup orang percaya. Keyakinan tentang Yesus ini tidak boleh dikompromikan. Misalnya juga keyakinan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kepada Allah Bapa (Yoh. 14:6). Yesus mengatakan bahwa Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup, serta hanya melalui Dia, seseorang dapat sampai kepada Bapa. Artinya, hanya dengan percaya kepada Yesus seseorang dapat memiliki Bapa (menjadi milik Allah). Yohanes juga menegaskan ini dalam 1 Yohanes 5:11-12 dan 13. Di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk yang terdiri dari beragam penganut agama yang berbeda, kita harus saling menghormati keyakinan masing-masing tetapi tidak boleh melepaskan keyakinan bahwa Yesus adalah satu-satunya juruselamat dan hanya melalui-Nya, seseorang dapat sampai kembali kepada Allah (Bapa).
Kasih dan kebenaran adalah dua hal yang sangat mendasar dalam iman Kristen. Satu tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Kebenaran merupakan bagian “teori” dan kasih merupakan “praktik” atau bagian “kepala” dan “tangan/kaki”. Satu tanpa yang lain akan kacau: kepala tanpa tangan/kaki tidak akan berdampak nyata dan sebaliknya, kaki/tangan tanpa kepala akan membuat yang dikerjakan tidak punya arah kalau bukan tersesat. Teori tanpa praktik akan menjadi kering sedang praktik tanpa teori akan membuat praktik kehilangan esensinya dan hanya sekadar kegiatan/aktivitas semata