Hits: 49
Ketika kita melihat ada empat batang lilin di atas mimbar, kita diberitahukan bahwa empat Minggu Advent menjelang Natal telah tiba. Mengapa harus ada Minggu Advent? Ada dua makna utama:
- Mengenang kembali, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk merayakan hari kelahiran Yesus Kristus;
- Menghadapi pengharapan akan masa depan, kita menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali. Mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Karena itu, empat batang lilin yang disebut lilin Advent mengingatkan kita akan makna Natal: a.Lilin pengharapan – lilin pertama kedatangan Yesus Kristus, adalah membawa pengharapan baru akan hidup kekal kepada umat manusia di dunia. b. Lilin perdamaian – kedatangan Kristus, adalah untuk menggenapi keselamatan, melalui pengorbanan diri dengan penumpahan darah di atas kayu salib, telah memulihkan hubungan manusia dengan Allah dan membangun hubungan baru (hubungan Bapa dan anak). c. Lilin sukacita – kedatangan Kristus telah menggenapi karya besar penebusan dan membawa sukacita sejati bagi umat manusia. d. Lilin berbagi – karena kita telah menikmati pengharapan, perdamaian, dan sukacita yang disebabkan oleh kedatangan Kristus; maka sudah seharusnya kita berbagi pengharapan, perdamaian dan sukacita ini kepada semua bangsa dengan memberitakannya ke seluruh dunia. Jika tidak, ketika Yesus Kristus datang kembali, bagaimana kita menyambut-Nya, dan bagaimana kita memberi pertanggungjawaban kepada-Nya?
Coba dipikirkan, apakah Saudara dan Saya benar-benar percaya bahwa Yesus akan datang kembali? Apakah kita sungguh-sungguh sedang menantikan kedatangan Tuhan kembali? Di dalam Perjanjian Baru banyak tempat menegaskan tentang berita kedatangan Tuhan Yesus Kristus kembali.
Bagian firman Tuhan hari ini juga mengatakan kepada kita bahwa ketika Maria menerima pesan dari malaikat, ia segera meresponi dan siap menerima untuk menggenapi misi yang dipercayakan kepadanya. Di saat yang sama, jika kita masuk lebih dalam untuk merenungkan sosok Maria, ia dipanggil untuk mengambil bagian di dalam peristiwa persiapan kelahiran Kristus sebagai ibu Yesus, tentu saja ia disebut sebagai yang dikaruniai (yang diberkati Tuhan secara istimewa), tapi untuk anugerah ini, ia harus membayar harga yang sangat mahal.
Mengapa setelah mendengarkan salam dan pernyataan dari malaikat tentang apa yang akan terjadi Maria terkejut dan bertanya-tanya dalam hati apa maksud salam itu (ayat 29-31)? Dan dijelaskan bahwa harus engkau beri nama Yesus. Ia akan menjadi agung dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Ia akan memerintah sebagai raja atas keturunan Yakub selama-lamanya. Bukankah ini adalah Mesias yang dijanjikan? Sekaligus juga merupakan dambaan dan kehormatan bagi setiap wanita Israel untuk menjadi “ibu dari Mesias.” Tapi sungguh tidak pernah terpikirkan oleh Maria, bahwa ia sudah hamil sebelum menikah, bagaimana hal ini tidak membuat Maria terkejut dan takut? Karena ia harus menghadapi banyak konsekuensi. 1. Bagaimana menjelaskan kepada tunangannya Yusuf, siapa yang bersedia menikahi wanita hamil yang bukan anaknya sendiri? 2. Ia akan menghadapi hukuman mati dengan dilempari batu jika Yusuf tidak menerima dia. 3 Ia sendiri dan keluarganya akan sangat terhina. 4. Dan sulit dibayangkan bagaimana hati tunangan yang mencintainya.
Tapi puji syukur kepada Tuhan, pernyataan malaikat tidak berhenti sampai di situ, selanjutnya dikatakan: “Roh Allah akan datang kepadamu, dan kuasa Allah akan meliputi engkau. Itulah sebabnya anak yang akan lahir itu akan disebut Kudus, Anak Allah. Ingat: Elisabet, sanak saudaramu itu sudah hamil enam bulan, walaupun ia sudah tua dan orang mengatakan bahwa ia mandul. Sebab untuk Allah tidak ada yang mustahil.” (ayat 35-37). Perkataan ini memberinya kekuatan yang sangat besar, dan membuatnya dengan pasti mengatakan: “Saya ini hamba Tuhan; biarlah terjadi pada saya seperti yang engkau katakan.” Ia yakin bahwa Allah akan menanggung semua masalah yang akan dia hadapi.
Maria memang teladan bagi orang percaya, karena ia memiliki tiga sisi kualitas yang layak dipelajari:
- Taat (membayar harga). Ketika dia mendengar pernyataan Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak, pertanyaan pertama yang dikemukakannya adalah bagaimana hal itu bisa terjadi, bagaimana mungkin, dan bagaimana menanggung konsekuensinya? Ia sangat sadar bahwa jika menerima, ia akan menghadapi tekanan dari segala arah, dan harus banyak berkorban. Pada akhirnya, karena ia tahu akan identitas dirinya maka ia berkata: “Saya ini hamba Tuhan; biarlah terjadi pada saya seperti yang engkau katakan.” (Luk. 1:38).
- Iman. Maria diperhadapkan dengan perasaan hamil oleh Roh Kudus dan akan melahirkan seorang raja, ini adalah suatu pengalaman yang sangat asing baginya dan jauh dari kemampuannya sendiri untuk mengerti. Meskipun demikian, Maria tetap menghadapinya dengan iman, dan dengan tindakan ia mengekspresikan imannya yang kuat kepada Allah Bapa. Inilah yang kita kagumi.
- Rasa terhormat. Ketika Maria diperhadapkan dengan kabar yang disampaikan oleh malaikat, maka dengan cepat ia meninggalkan pandangan mata kepada dirinya sendiri dan mengarahkannya kepada Allah Bapa dan kerajaan yang dinyatakannya. “Nyanyian Pujian Maria” sungguh mewakili perasaaan hormat kepada Allah, di mana ia merasa terhormat dan bangga dapat mengambil bagian di dalamnya.
Saudara-saudari, Kristus Yesus telah lahir, dan Ia telah menggenapi karya besar keselamatan. Pada abad-abad awal para rasul berkeliling ke seluruh dunia dan mengorbankan diri untuk memperluas pelayanan Injil mereka. Sejak zaman dulu, banyak orang percaya juga telah bertekun, bekerja keras, pergi ke sana sini, dan rela mengorbankan segalanya. Dan hari ini kita bisa duduk di sini untuk merayakan Natal, bagaimana kita meresponinya?