Hits: 20
KASIH bukanlah sebatas kata-kata melankolis yang indah seperti lirik dalam sebuah lagu. Ketika anda dan saya berkata bahwa kita mengasihi Allah, maka apa yang sudah kita lakukan kepada orang-orang yang ada disekitar kita? Untuk itu ketika anda dan saya mengatakan bahwa kita mengasihi Allah maka kasih kepada sesama pun harus sejalan dengan kasih kita kepada Allah. Kasih bukan sebatas perasaan saja, yang dimana ketika kita melihat orang yang terkena bencana seringkali kita hanya bilang “oh ya kasihan ya dengan orang itu”, tetapi kasih harus memiliki implikasi bagi orang lain.
Kalau kita perhatikan secara khusus 1 Yohanes sangat kuat berbicara tentang implikasi seorang Kristen, atau implikasi kehidupan orang percaya yang jelas ditandai dengan sentuhan yang real, yaitu Kasih. Kasih disini bukan hanya ada di dalam pikiran kita, tetapi kasih itu sampai menyentuh orang secara nyata, kalau kita mengasihi seseorang tetapi orang itu tidak merasakan kasih kita, bukan orang itu yang bermasalah tetapi kita yang belum berlatih bagaimana seharusnya kita mengasihi sampai kasih itu menyentuh orang lain.
Kalau kita membaca surat 1 Yohanes ini yang berisikan 5 pasal kita dapat menemukan ada pesan yang hendak disampaikan oleh Yohanes yaitu “Nasehat untuk hidup dalam Kasih” “Nasehat untuk hidup dalam Kasih” muncul sampai 5 kali ( 2 : 10; 3 : 11; 3 : 23; 4 : 7; 5 : 1) Dalam ke-5 pasal ini muncul perintah atau nasehat untuk hidup dalam kasih, dengan kata lain pesan yang ingin disampaikan oleh sang penulis adalah pesan yang sangat penting.
1. Karena “KASIH” mengandung sebuah Perintah bagi kehidupan orang Percaya (ay 11)
Kata Berita ini muncul 2x dalam 1 Yoh, ini menunjukkan bahwa kata berita ini menjadi catatan penting bagi kehidupan orang Kristen, berita yang pertama menyatakan bahwa Allah itu terang dan tidak ada kegelapan sama sekali didalam-Nya, dan berita yang ke-2 adalah bahwa kita orang percaya dipanggil untuk saling mengasihi, kenapa harus saling mengasihi? Karena memang itulah yang diperintahkan oleh Allah kepada kita dalam Matius 22:37-39 (Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu; Itulah hukum yang terutama dan yang pertama; Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri)
Kita melihat disini bahwa ada 2 kewajiban yang ditekankan oleh Yesus kepada kita, yaitu mengasihi Allah dan juga mengasihi sesama, ketika kita sungguh mengasihi Allah maka implikasi yang jelas adalah kita mengasihi sesama dan saling mengasihi, dengan kata lain ketika anda mengatakan bahwa anda mengasihi Allah, maka anda pun harus mengasihi sesama.
Ayat ini dengan jelas berkata bahwa kita sebagai orang percaya punya kewajiban ini, inilah perintah Yesus kepada kita. Namanya juga perintah maka kita harus melakukan perintah itu dan ini merupakan bagian dari kewajiban kita sebagai anak-anak Allah.
2. Karena “KASIH” mengandung sebuah Kebenaran bagi kehidupan orang percaya (ay 12)
Kita dapat melihat bagaimana Yohanes memberikan sebuah kebenaran, kebenaran seperti apakah itu? Yaitu bagaimana perbuatan Kain itu adalah “jahat” dan Habel itu “benar”, ini adalah contoh kebenaran bagaimana Kain tidak mengasihi Habel, yaitu dengan cara membunuhnya. Ini adalah contoh yang ekstrim yang diberikan oleh Rasul Yohanes, kalau kita sudah mengabaikan orang lain, hati-hati sebenarnya kita sudah mulai membenci orang itu. Kalau kita sudah tidak memikirkan orang lain atau sudah tidak memperhatikan orang lain, hati-hati itu tanda bahwa kita sudah tidak lagi mengasihi orang lain.
Kasih itu bukan untuk direncanakan, Kasih bukan hanya untuk dikhotbahkan, Kasih bukan untuk dislogankan atau diposterkan atau dikumandangkan, tetapi kasih harus diwujud-nyatakan, karena kasih mengandung perintah bagi kehidupan kita sebagai orang percaya.