Hits: 132

Sebelum Paulus menasehati Jemaat Roma untuk hidup dalam kasih, ia terlebih dahulu menasehati jemaat Roma supaya mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup, dan jangan menjadi serupa dengan dunia ini, harus senantiasa memperbaharui budi dan melayani Tuhan sesuai dengan karunia yang diberikan kepada mereka. Karena itu, antara ayat 1-8 dengan ayat 9-21 ada kaitan yang sangat erat. Paulus ingin jemaat Roma yang telah mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah sekaligus dapat memberikan makna baru kepada orang lain. Oleh sebab itu, setelah menuliskan ayat 1-8 Paulus melanjutkan nasehatnya kepada jemaat Roma supaya kehidupan mereka dapat memberikan makna kepada orang lain.

Dalam Roma 12:9-21 ada tiga prinsip hidup yang harus Jemaat Roma lakukan sebagai bukti mereka memiliki hidup yang bermakna:

Pertama, Mengasihi orang jangan pura-pura (Ay. 9-10). Kelihatanya Paulus menyadari kondisi jemaat Roma dalam hal mengasihi. Kasih yang diwujudkan masih tidak tulus, hanya sebatas kata-kata. Paulus ingin jemaat Roma dapat saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Bila kasih yang dinyatakan tidak tulus maka walaupun memiliki tubuh yang baik tetap tidak memiliki makna.

Kedua, Semangat dalam melayani Tuhan (ay. 11-12). Paulus menyadari dalam pelayanan bisa terjadi banyak gesekan. Karena itu Paulus menasehati jemaat Roma, dalam keadaan apapun mereka harus tetap rajin melayani, tidak boleh kendor. Biarlah Roh tetap menyala-nyala dalam melayani Tuhan. Walaupun ada kesulitan tetap semangat dalam melayani Tuhan. Yang terpenting adalah tetap tekun berdoa. Berdoa berarti tetap bersandar pada Tuhan. Harus tetap sabar menghadapi semua permasalahan yang ada. Tubuh yang baik dan dapat memberikan makna bila tetap semangat dalam melayani Tuhan.

Ketiga, Senantiasa menjadi saluran berkat bagi orang lain (ay.13-15). Paulus ingin kita bukan hanya dalam suasana hati senang dan hidup berlimpah baru menjadi saluran berkat bagi orang lain. Tapi ia ingin setiap saat hidup kita harus menjadi saluran berkat bagi orang lain. Ketika ada orang-orang di sekeliling kita membutuhkan bantuan kita, kita harus segera memberikan bantuan kepada mereka. Paulus menggunakan kalimat “usahakanlah diri untuk selalu memberikan tumpangan”. Paulus bahkan menasehatkan kita harus memberkati orang yang menganiaya kita. Bagaimana kita memberkati orang yang melukai kita? Sangat sulit, tetapi untuk menjadikan hidup yang memberi makna maka kita harus belajar dan berusaha untuk melakukannya.

Diakhir dari bagian ini ay.16-21, memiliki sikap penguasan diri. Penguasaan diri menjadi kunci kemenangan dari setiap persoalan yang sedang dihadapi, sehingga dalam keadaan apapun mereka tetap dapat menyatakan hidup yang bermakna. Mereka harus menguasai diri supaya jangan menganggap diri mereka pandai, menguasai diri supaya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Selalu hidup dalam perdamaian dalam segala kondisi, jangan menuntut pembalasan, akhirnya dengan penguasaan diri kita dapat mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Nasehat Paulus bukan hanya untuk jemaat Roma pada saat itu, tetapi juga untuk kita sekalian. Sudahkah kita memiliki dan memberikan hidup yang bermakna kepada orang-orang disekelilingi kita. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan kita untuk melakukannya. Amin