Hits: 17
Tema khotbah hari ini “Mengasihi dengan kasih Kristus” atau “Mengasihi seperti Kristus mengasihi” sungguh berat. Untuk mempraktikkan sikap mengasihi saja berat, apalagi kalau berbicara tentang mengasihi dengan cara seperti Kristus mengasihi. Namun, karena ini perintah firman Tuhan, tidak ada jalan lain kecuali berusaha melakukannya. Karena itu, mari kita merenungkannya sehingga dengan pertolongan Allah, kita bisa mencoba untuk melakukannya.
Ada dua perintah dalam teks Efesus 5:1-2. Perintah pertama adalah Meneladani Allah (5:1). Kita orang Kristen harus menjadi peneladan Allah, yaitu kita meneladani Dia yang kudus dan benar dalam arti menaati perintah-perintah-Nya yang mengajarkan kehidupan kudus dan benar. Uraian tentang kehidupan berdosa muncul sebelum dan sesudah nas ini: 4:17-25 dan 5:3-33; 6:1ff.
Perintah kedua adalah Hiduplah di dalam Kasih (5:2). “Hiduplah dalam kasih” berarti berjalan dalam kasih; mempraktikkan kasih dalam kehidupan sehari-hari dan setiap hari; keseluruhan aspek hidup kita (pikiran, perkataan, dan perbuatan) memancarkan dan dipenuhi sifat kasih. Praktik mengasihi ini memiliki dua panduan. Pertama, praktik mengasihi harus selaras dengan perintah di 5:1, yaitu praktik kasih yang “meneladani Allah” yang kudus dan benar. Jadi, kasih yang benar tidak akan melibatkan hawa nafsu dan pencemaran. Kedua, perintah ini dituntun oleh contoh praktik kasih Kristus: “sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”
Bagaimana Kristus mengasihi? Ada dua sikap Kristus dalam mengasihi. Pertama, Kristus mengasihi orang yang tidak layak dikasihi. Kasih Kristus adalah tanpa batas karena yang mendapatkan kasih Kristus sesungguhnya adalah orang-orang yang masih memberontak melawan Allah dan Kristus (Rm. 5:6). Mengasihi orang lain seperti Kristus berarti kita tidak dapat membatasi diri kita pada hanya yang ramah dan baik pada kita. Bahkan terhadap orang-orang yang membenci, memfitnah, dan merugikan kita, kita tetap harus menyatakan kasih kita.
Kedua, Kristus mengasihi dengan berkorban, yaitu menyerahkan diri-Nya. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia di dalam Kristus (Allah yang menjadi manusia) yang mau berkorban dan mati bagi manusia (Rm. 5:8). Karena mengasihi manusia, Kristus mau mati bagi mereka untuk menebus dosa-dosa dan menyelamatkan orang yang berdosa dari ancaman penghukuman Allah (maut). Mengasihi yang seperti Kristus adalah mengasihi hingga kita mau mengorbankan diri kita (kepentingan, ego, kenyamanan, dll.). Kristus mengasihi tanpa syarat. Kalau kita mengasihi hanya apabila “hal ini tidak merugikan kita,” kita masih mengasihi dengan syarat. Kasih dan berkorban adalah dua hal yang tidak terpisahkah, seperti dua sisi dari satu koin mata uang.
Aplikasi lain dari perintah untuk mengasihi adalah pada hubungan suami isteri. Suami pun harus mengasihi isteri seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya. Artinya, suami juga harus siap berkorban. Isteri memang harus tunduk kepada suami tapi suami tidak dapat menyalahgunakan ketaatan isteri karena ia harus mengasihi isterinya dengan sikap yang mau berkorban bagi isterinya. Dalam konteks hari Kasih Sayang (Valentine Day), kita juga harus mengasihi dengan kasih yang kudus dan benar dan mengasihi seperti Kristus mengasihi.
Perintah untuk mengasihi seperti Kristus mengasihi adalah perintah yang sangat jelas dalam Alkitab. Kita diperintahkan bukan untuk sembarang mengasihi tetapi mengasihi dengan kasih yang kudus dan benar (meneladani Allah) dan mengasihi sesuai dengan teladan Kristus. Kristus mengasihi tanpa syarat dan tanpa batas; Ia mengasihi dengan berkorban diri-Nya bahkan untuk orang-orang yang masih memberontak kepada-Nya (orang-orang berdosa). Demikianlah kita harus mengasihi juga orang-orang yang menurut ukuran manusia “tidak layak” dikasihi (tanpa batas) dan mengasihi bahkan dengan mengorbankan diri kita (tanpa syarat).