Hits: 22

Melihat tema kita hari ini “Menjadi Kristen Yang Menyenangkan”, di antara kita mungkin merasa topik ini kurang rohani. Sebagai orang Kristen, tentu saja kita harus menjadi orang Kristen yang menyenangkan Tuhan, bukan menyenangkan  orang? Apakah kita mau menjalani kehidupan kekristenan kita menurut maksud hati orang banyak? Mari kita belajar dari diri Yesus, bagaimana kita menjalani kehidupan yang sesuai dengan kebenaran.

                Luk. 2:41-52 adalah catatan Yesus bersama orang tua-Nya pergi ke Yerusalem untuk perayaan hari raya, tetapi sesuatu terjadi, sehingga Yusuf dan Maria harus kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus karena Ia tidak ada di antara orang-orang seperjalanan mereka. Ketika mereka sekeluarga kembali ke Nazaret, maka cerita ini pun berakhir, dan Lukas memberi satu kesimpulan yaitu  “Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (ay. 52). Apakah karena Yesus dikasihi oleh manusia sehingga Ia menjadi tidak rohani? Dalam catatan di sini adalah dikasihi oleh Allah dan manusia bukan hanya dikasihi oleh manusia saja. Oleh sebab itu, kita akan belajar mengapa Yesus dikasihi oleh Allah dan manusia, supaya kita sebagai orang Kristen bukan hanya dikasihi oleh Allah tapi juga dikasihi oleh manusia? Yesus dikasihi oleh Allah dan manusia, kedua hal ini bertumbuh bersama-sama karena Dia menyembah Allah Bapa, bukan hanya Dia saja tapi seluruh keluarganya memiliki hati yang menyembah kepada Allah Bapa. Ayat 41 memberitahukan kita, tiap-tiap tahun kedua orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Walaupun pada umumnya boleh juga laki-laki saja yang pergi, tapi Yusuf membawa Maria bersama-sama pergi. Ketika Yesus berumur dua belas tahun pergilah mereka membawa Yesus ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Dari sini

kita dapat melihat mereka seisi keluarga sungguh berpusat kepada Allah. Jelaslah bahwa dari masa kanak-kanak Yesus sudah menerima pengajaran yang benar di rumah: usia 0-6 tahun Ia menerima pendidikan keluarga yang benar, kemudian usia 6-12 tahun menerima pembinaan di rumah ibadat. Karena itu secara jasmani Yesus bertambah besar dan dalam hal rohani dan hikmat juga tumbuh bersama-sama. Karena meskipun Yesus Anak Allah, tetapi Dia tetap memiliki sikap ibadah yang benar kepada Allah Bapa.

           Yesus tidak hanya menyembah Allah Bapa, tapi Ia juga menyatakan ibadah itu di dalam kehidupan-Nya. Dari awal bagian firman ini terlihat Yesus sepertinya tidak taat kepada orang tua-Nya karena Ia tidak pulang bersama mereka dan tetap tinggal di dalam Bait Allah, Ia bahkan berkata kepada orang tua-Nya: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Apakah Yesus karena menyembah Allah Bapa-Nya, lalu Ia mengabaikan orang tua-Nya di dunia? Dalam kalimat ini Yesus ingin menunjukkan hubungan-Nya dengan Allah Bapa. Setelah itu Lukas menjelaskan bahwa Yesus bersama-sama mereka kembali ke Nazaret, dan mematuhi mereka. Jelaslah bahwa ibadah kepada Allah tidak berhenti pada penyembahan kepada Allah saja, tapi juga harus dinyatakan di dalam kehidupan. Yesus juga melalui hubungan antar manusia menyatakan ibadah kepada Allah Bapa. Dalam rumah ibadat, Ia juga berdiskusi dengan alim ulama, bukan duduk diam saja tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Karena itu, Yesus bukan hanya mementingkan ibadah kepada Allah saja, tapi Ia juga menganggap pentingnya ibadah itu dinyatakan dalam kehidupan.

       Sebagai orang Kristen, kita harus menyembah Allah Bapa dan menyatakannya di dalam kehidupan kita. Kita harus mohon Roh Kudus menguasai kita, supaya kita dapat menyatakan ibadah kita kepada Allah Bapa. Dengan demikian, kita bukan hanya dikasihi oleh Allah saja tapi juga akan dikasihi oleh manusia. Yang terpenting adalah kita dikasihi oleh Allah terlebih dahulu dan melalui manifestasi ibadah kita kepada Allah, pasti kita akan dikasihi oleh orang banyak dan menjadi berkat bagi mereka.