Hits: 25
Sebagai seorang rasul yang penuh kasih, Yohanes dalam suratnya yang ketiga kepada seseorang yang disebutkan sebagai Gayus adalah sebuah surat yang penuh dengan rasa sukacita. Ini disebabkan oleh Yohanes mendengar bahwa Gayus mendapat pujian karena dia hidup di dalam kebenaran dan kebenaran dirasakan oleh orang-orang yang dilayaninya. Dengan demikian Yohanes merasakan hal ini adalah satu sukacita yang besar dan disebutkan sukacita yang paling besar untuk mendengarkan kesaksian seperti itu.
Gayus adalah seorang yang setia di dalam pelayanan khususnya di dalam mewujudnyatakan imannya di dalam mendukung setiap dari mereka terpanggil untuk keluar melayani penyebaran Injil dan berkeliling ke berbagai tempat. Dia memberikan tempat tinggalnya untuk ditinggali oleh orang-orang tersebut dan bukan hanya demikian, Gayus juga memberikan apa yang mereka butuhkan di dalam perjalanan selanjutnya khususnya untuk masalah materi. Hal ini disebabkan mereka tidak didukung oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dan anak-anak Tuhan sajalah yang mendukung mereka. Gayus percaya bahwa apa yang disebutkan di dalam ayat ke-8 agar sebagai orang percaya boleh mengambil bagian dalam pekerjaan untuk kebenaran. Seperti apa yang pernah disampaikan oleh Tuhan Yesus di dalam Matius 10:41 yang berbunyi “Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.” Tuhan pastinya akan memberkati setiap orang yang mau hidup untuk melayani untuk kebenaran.
Berbeda dengan pemimpin jemaat lain yang bernama Diofretes, yang berbeda 180 derajat dengan apa yang dilakukan oleh Gayus. Dia mengucapkan hal jahat dan dusta tentang Yohanes, tidak menerima pelayan-pelayan Tuhan, melarang mereka yang mau menerima pelayan-pelayan, bahkan mengusir mereka yang menerima orang-orang tersebut.
Melihat dari apa yang menjadi contoh mereka berdua, menjadi satu pilihan bagi kita di dalam perjalanan hidup kita sebagai anak-anak Tuhan, apakah kita mau memilih seperti halnya Gayus atau Diofretes. Kiranya di dalam kehidupan kita mau hidup seperti Gayus yang mau di dalam imannya mendukung akan rekan-rekan pelayanannya dengan begitu setia. Oleh sebab itu, barangsiapa berbuat seturut kebenaran, ia berasa dari Allah, tetapi berangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah