Hits: 29

Tema renungan kita pagi ini adalah “Tuhan Atas Kesukaran”. Berbicara tentang kesukaran, siapa di antara kita hari ini yang tidak pernah mengalami kesukaran atau kesulitan? Dalam kondisi hidup kita hari ini, semua orang mengalami kesukaran, dari anak-anak, tua muda, kaya atau miskin. Tentu kesukaran kita berbeda satu dengan yang lain. Dan setiap kita pasti berusaha memikirkan cara yang terbaik untuk keluar dari kesukaran itu.

Hari ini kita akan belajar dari kegagalan Saul dalam mengatasi kesukaran yang dihadapinya. Kesukaran apa yang dihadapi oleh Saul? Bangsa Filistin datang menyerang. Ketika tentara Filistin berkumpul dan berkemah di dekat kota Sunem, Saul pun mengumpulkan orang Israel, dan mereka berkemah di Gunung Gilboa. Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, ia menjadi sangat takut dan gemetar (1 Sam. 28:4-5 ). Sesungguhnya ini bukan pertama kali Saul merasa takut dan gentar terhadap orang Filistin. Dipasal 13, ketika Saul membunuh panglima Filistin, maka orang-orang Filistin menghimpun kekuatan yang besar datang menyerang orang Isreal. Sehingga orang Israel dalam keadaan genting, dan Saul mulai ditinggalkan rakyatnya. Saul menunggu Samuel tujuh hari lamanya, sesuai dengan pesan Samuel kepadanya, tetapi Samuel belum juga muncul (13:8). Akhirnya Saul menurut kehendaknya sendiri mempersembahkan korban bakaran (1 Sam.13:9). Dan apa yang dilakukan tidak berkenan di hati Tuhan karena ia tidak mengikuti perintah TUHAN (1Sam.13:13).

Dalam 1 Samuel 28 ini, kita melihat Saul tidak belajar dari kesalahannya yang lalu. Di sini Saul kembali mengikuti kehendaknya sendiri dan mengandalkan manusia. Ayat 7 mengatakan: Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: “Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.” Para pegawainya menjawab dia: “Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah.” Apa yang dilakukan Saul adalah sesuatu yang tidak berkenan kepada Tuhan.

Di awal 1 Samuel 28 ini, sesungguhnya Saul telah melakukan apa baik dengan menyingkirkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal (ayat 3). Saul juga bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi (ayat 8). Apa yang dilakukan oleh Saul sudah baik, tetap mengapa akhirnya ia gagal. Apa yang menyebabkan kegagalan Saul dalam mengatasi kesukarannya?

  1. Tidak sabar dalam menanti pertolongan Tuhan dan ketidaktaatan. Ia maunya segera mendapatkan pertolongan sedangkan Tuhan memiliki waktu-Nya. Kadang-kadang pertolongan Tuhan itu tidak masuk akal tapi selalu tepat pada waktunya. Tuhan punya cara-Nya sendiri dalam menolong kita. Kesabaran kita dalam menantikan Tuhan menunjukkan akan keyakinan kita atas pertolongan Allah. Kesabaran akan melahirkan kesetiaan dan ketaatan kepada Allah.
  2. Tidak sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. Saul tahu bahwa Samuel telah Yang harus ia lakukan adalah mengakui dosanya di hadapan Tuhan dan sepenuhnya mengandalkan Tuhan, tetapi ia tidak melakukannya. Dia malahan mencari perempuan untuk memanggil arwah Samuel. Dia masih mau mengandalkan Samuel untuk menjadi pengantaranya dengan Tuhan. Padahal Tuhan sudah undur daripada-Nya. Solusi yang tepat adalah bergantung pada Tuhan, bukan pada manusia.
  3. Tidak belajar dari kesalahan dan kegagalan yang lalu. Pengalaman adalah guru yang paling baik, dalam hal kesuksesan maupun kegagalan.

Bagaimana kita mengatasi kesukaran dalam hidup kita hari ini? Biarlah setiap saat kita mencari Tuhan. Seperti yang Amos 5:4 katakan: Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: “Carilah Aku, maka kamu akan hidup! Allah kita adalah Tuhan atas kesukaran. Dia dapat mengatasi segala persoalan hidup kita. Tuhan memberkati kita semua. Amin