Hits: 651
Surat pertama Korintus adalah surat jemaat yang ditulis Paulus dalam perjalanan misi kedua ketika ia tinggal di Efesus sekitar tahun 54-55 sesudah masehi. Surat ini adalah “Monografi persoalan gereja”, sebab dalam surat ini Paulus menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh jemaat Korintus, yaitu perpecahan, amoralitas, individualisme, feminisme, menghina Perjamuan Tuhan, mengejar karismatik secara membuta dan sebagainya. Sesungguhnya ini adalah surat kedua, karena ia telah menulis surat lain sebelumnya tapi suratnya hilang. Ketika Paulus mengetahui bahwa jemaat di Korintus menghadapi berbagai kesulitan, ia menulis empat pasal untuk menasehati mereka supaya tidak meninggikan siapapun dan mengatasi masalah perselisihan serta perpecahan di antara mereka. Dalam bagian ini Paulus juga menunjukkan kepada kita kualitas hidup seperti apa yang harus dimiliki di dalam gereja dan masyarakat sebagai seorang Kristen dengan keteladanan dan sikap sendiri terhadap Allah. Dengan sikap bagaimana kita menghadapi berbagai macam konflik dan tantangan? Seperti apa kehidupan yang baik seorang Kristen yang memancarkan keharuman Kristus?
1.Bersikap rendah hati meneladani Kristus (Ay. 6-10). “kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos” (ay. 6). “Kata-kata ini” dalam konteks mengacu pada berbagai perumpamaan tentang pekerja-pekerja Tuhan: ada yang menanam, menyiram, membangun, melayani, diaken dan suatu tontonan. “kenakan pada diriku” mengacu pada menggunakan perumpamaan untuk diri sendiri. Kesombongan jemaat adalah akar persoalan terciptanya perselisihan dan perpecahan. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, jangan kita meniru (mengikuti) secara membabi buta, khususnya untuk hal-hal yang kita tidak mengerti. Teladanilah Kristus! Ayat 17 “Yang menjadikan kita lebih (berbeda) dari orang lain adalah Tuhan”. Semua yang dimiliki manusia berasal dari Tuhan. Hendaklah segala kemuliaan kembali kepada Allah. Kita selain tidak boleh memegahkan diri, juga tidak boleh memegahkan hamba Tuhan mana pun. Ayat 8 “Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya,” Paulus sengaja memakai nada sindiran ini, supaya jemaat Korintus melihat betapa miskinnya mereka (Lht.Why. 3:17). Dalam hal karunia, kefasihan bicara dan pengetahuan orang Korintus tidak ada satu hal pun yang kurang dari pada orang lain, karena itu mereka merasa tidak membutuhkan pelayanan dan pengembalaan pelayan Tuhan. Kita hidup di dunia sekarang ini, jangan berlaku seperti seorang raja, tapi haruslah berlaku rendah hati seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia
2. Memberi nasihat sebagai seorang ayah dan ibu (Ay. 11-16). Ayat 12-13 adalah gambaran kehidupan pelayanan Paulus di Efesus. Paulus bekerja sebagai tukang kemah. “Kalau kami dimaki, dianiaya, kami sabar. Inilah kasih kepada musuh, tidak membalas, memberi nasihat kepadanya dengan kata-kata yang menenangkan. Terhadap orang-orang yang menentang kita, kita tidak boleh membalas dengan gigi ganti gigi (Lht. Mat. 5:38-42). Yang paling bisa menyentuh hati penganiaya adalah orang yang dianiaya membalas kejahatan dengan kebaikan dan memberkati. Ayat 15 “sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik, kamu tidak mempunyai banyak bapa”. “Pendidik /Guru”, penekanannya pada mengajar, tidak ada hubungan keluarga. “bapa” mengacu pada kekeluargaan dan ada ikatan hidup. Perlakuan pelayan-pelayan Tuhan terhadap jemaat, harus memiliki hati sebagai seorang ibu dan sikap seperti seorang ayah. Paulus mengatakan kepada jemaat di Tesalonika: “kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang” (1Tes. 2:7,11)
3. Mengajar dengan keteladanan, kata-kata yang lemah lembut dan berwibawa (Ay. 17-21). Hamba Tuhan bukan hanya mengandalkan mulut untuk berkhotbah, tapi ia juga harus mempunyai keteladanan hidup dan kesaksian yang baik di hadapan orang.
Orang tua yang berhasil ditakuti dan dicintai oleh anak-anaknya. Mzm. 2:11 “Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar”. “Lemah lembut dan keras” adalah pendidikan yang paling tepat. Di dalam “kelemah-lembutan” kita dapat bertumbuh bebas. Di tempat yang “keras” kita dapat belajar disiplin diri.
Dalam bagian ini seluruh kepribadian Paulus terlihat jelas sekali. Inilah hidup yang harus dimiliki oleh setiap orang Kristen yang bertumbuh. Jika kita percaya dan menerima Kristus, maka kita harus belajar meneladani Dia: bersikap rendah hati terhadap orang, melayani satu sama lain, mempunyai kekudusan dan kebenaran; dalam perjalanan pelayanan saling memberi nasihat dan giat, senantiasa mempunyai hati seperti seorang ayah dan ibu, mempunyai keteladanan hidup yang baik di hadapan manusia, sehingga dapat membawa jiwa baru kepada Kristus.