Hits: 17

Cerita Daniel sudah tidak asing bagi kita semua, bagaimana ia ditawan, dibina, dan selangkah demi selangkah ia menjadi pejabat penting di negeri Persia, bahkan pada usia tua delapan puluhan ia masih melayani raja, setidaknya ia melewati tiga dinasti. Alkitab berkata: “Daniel mempunyai roh yang luar biasa” dan dalam semua hal juga mempunyai kinerja yang sangat baik. Di dalam segala keadaan, ia selalu menjaga hubungan yang akrab dengan Tuhan.

Sebuah negara yang musnah, rakyatnya sangat menderita, sering dihina dan ditindas bangsa lain. Negara Daniel sudah musnah, tapi ia tidak bersungut-sungut kepada Tuhan dan tetap setia melayani Tuhan. Ia menghadapi ujian makan santapan raja, meskipun orang-orang muda lain sangat senang, tapi Daniel dan ketiga teman-temannya tidak demikian, mereka sangat jelas dengan identitas diri sendiri. Walaupun Negara telah musnah, tapi Allah tetap adalah Allah yang hidup dan mereka tetap adalah umat Allah. Dalam segala keadaan kita harus tetap setia melayani Tuhan. Jikalau mau melayani mereka harus menjaga kekudusan diri, karena pada waktu itu selain orang Yahudi, suku-suku bangsa lain waktu menyembelih lembu atau ternak lain harus melalui suatu ritual untuk dipersembahkan kepada para dewa terlebih dahulu, barulah dimakan. Daniel tahu dalam hukum Taurat Musa dikatakan jangan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Santapan raja sudah di depan mata, jika dimakan pasti nikmat, tidak dimakan nyawa pasti terancam karena berarti menolak anugerah dari raja. Tapi beberapa orang ini adalah pemuda yang sangat beriman. Meskipun negaranya telah hancur, tapi mereka tetap mempertahankan iman mereka, karena mereka tahu bahwa Allah adalah Allah yang hidup dan kekal selamanya. Negara musnah tapi Allah tidak. Untuk mempertahankan kekudusan mereka, maka dengan penuh keyakinan dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya mereka diberikan sayur untuk dimakan dan dicoba beberapa hari. Sesudah itu bandingkanlah perawakan mereka dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah mereka ini sesuai dengan pendapatnya. Puji Tuhan! karena iman, perawakan mereka lebih baik dan gemuk serta lebih pandai, juga berpengetahuan dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. Sebab mereka tahu siapa Allah yang mereka sembah. Di dalam Alkitab ada satu perkataan yang sangat penting: “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja” (Dan. 1:8), yaitu mereka sudah bertekad untuk melakukan kehendak Allah. Tidak peduli apapun yang terjadi, iman mereka kepada Tuhan adalah takkan tergoyahkan.

Barangkali kita bertanya apa hubungan cerita Daniel dengan Paskah? Paskah sangat penting bagi keyakinan umat Kristen, tapi bagaimana iman kita kepada Tuhan yang hidup? Dalam keadaan lancar, kita berkata bahwa Tuhan itu hidup, tapi ketika menghadapi kesulitan, terutama pukulan berat, bagaimana reaksi kita? Apakah kita masih bisa mempertahankan keyakinan kita dan berkata bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup? Banyak orang mulai bertanya-tanya, mengapa Allah yang hidup, Tuhan yang telah bangkit membiarkan kita mengalami kesulitan-kesulitan ini? Bahkan kita akan bersungut-sungut kepada Tuhan, dan akhirnya iman kita mulai goyah.

Jika Kristus Yesus adalah Tuhan yang hidup dan Allah yang kekal, bolehkah kita sesuka hati melayani Dia? Mengapa seringkali hidup kita tidak memiliki kekuatan? Karena kita seringkali lupa bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup, Allah yang kekal dan Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Jelaslah bahwa Daniel tidak seperti itu, dia ingat bahwa Allah hidup; walau Negara musnah, tapi Allah tidak musnah. Mereka tetap menjaga diri untuk hidup berkenan kepada Tuhan. Jadi tidak mengherankan, mereka mempunyai kesaksian yang baik di dalam seluruh kehidupan. Karena setia kepada Tuhan, maka mereka tahu bagaimana menjaga kesucian diri. Di dalam pekerjaan, mereka juga menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang kepunyaan Allah. Karena itu, para pejabat tinggi dan wakil raja itu tidak dapat menemukan kesalahan Daniel di dalam pemerintahannya, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya. Akhirnya mereka mencari kesalahan dia di dalam ibadahnya, sebab ia setia di dalam keyakinannya. Karena itu mereka memohon kepada raja supaya ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa. Raja tidak memperhatikan dan berpikir bahwa ini baik, untuk memamerkan kekuasaan dan kehormatannya. Namun siapa sangka ini adalah untuk mempersalahkan Daniel. Tetapi Daniel tetap di dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya (6:11). Karena ia tahu siapa Allah yang disembahnya. Akhirnya Daniel dilemparkan ke dalam gua singa, tapi berbicaralah raja kepada Daniel: “Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!” Dalam seluruh kitab Daniel kita tidak melihat Daniel menasehati raja Darius supaya percaya kepada Tuhan, namun dari kesaksian hidupnya, kita dapat melihat penyataan Darius ini: “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?” Hal ini sungguh membuat kita takjub, raja orang bukan Yahudi ini bisa berkata Allah yang hidup. Jelaslah bahwa kesaksian hidupnya telah mempengaruhi raja. Karena itu, Allah menyatakan kuasaNya, sehingga tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allah. Akhirnya raja memberi perintah supaya orang-orang yang telah menuduh Daniel itu dilemparkan ke dalam gua singa, bersamaan itu raja juga memerintahkan supaya orang-orang di seluruh kerajaan tidak boleh memperlakukan orang Israel dengan buruk, karena mereka adalah umat Allah yang hidup.

Apakah kehidupan kita hari ini membuat orang-orang melihat bahwa kita adalah orang-orang kepunyaan Allah? Iman kita harus disertai dengan perbuatan.