Hits: 2005

Tema renungan kita hari ini adalah “Dialah Allah Imanuel”. Ketika kita merayakan Natal, apakah kita sungguh-sungguh merasakan bahwa Yesus yang datang ke dunia ini adalah “Imanuel” yaitu Allah menyertai kita. Kapan kita merasakan Yesus Kristus adalah “Imanuel”? Pada umumnya kita mengatakan bahwa Yesus adalah Allah Imanuel ketika kita merasakan sukacita, hidup berkelimpahan, dan dalam keadaan lancar. Tapi apakah kita masih bisa mengatakan Yesus adalah Allah Imanuel ketika kita mengalami musibah atau dalam kesusahan?

Dari bagian Firman Tuhan di atas kita dapat melihat bagaimana Allah Imanuel memimpin perjalanan hidup Yusuf dan Maria. Yusuf adalah seorang pemuda yang tulus hati, memiliki karakter yang baik dan menyenangkan hati Tuhan. Demikian juga Maria adalah seorang gadis yang baik dan memiliki kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan. Yusuf dan Maria sudah bertunangan dan selanjutnya pasti akan masuk ke dalam sebuah pernikahan. Hari-hari yang dilalui mereka tentu penuh sukacita, karena Allah menyertai mereka. Tapi sebelum Yusuf menikahi Maria mereka mengalami sebuah ujian yang berat. Tiba-tiba Maria mengandung sebelum mereka hidup sebagai suami istri maka Yusuf berniat menceraikannya secara diam-diam. Dalam situasi seperti ini apakah Allah menyertai mereka? Ya, Allah menyertai mereka karena bayi yang di kandung Maria adalah Sang Imanuel. Dari kehidupan Yusuf dan Maria kita dapat melihat melihat Imanuel, berarti:

Pertama, Allah menyertai kita dalam segala kondisi. Allah menyertai Yusuf dan Maria bukan hanya ketika mereka dalam keadaan sukacita, tetapi pada saat mereka dalam kebingungan dan kesulitan Allah tetap menyertai mereka. Dalam segala kondisi yang mereka alami Allah selalu menyertai mereka. Bagi kita lebih mudah merasakan dan mengatakan Allah menyertai kita pada saat kita sedang berhasil daripada ketika kita mengalami kegagalan. Mengapa? Karena pada dasarnya manusia hanya mau menerima yang baik saja dari Allah. Seperti teguran Ayub kepada istrinya “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya (Ayub 2:10).

Kedua, Allah Turut Bekerja dalam segala kondisi. Sungguh sulit dibayangkan bila Allah tidak turut bekerja di dalam kehidupan Yusuf dan Maria. Karena masalah yang mereka hadapi bukan hanya pada saat Maria tiba-tiba diberitahukan sedang mengandung dari Roh Kudus. Tetapi setelah itu banyak kesulitan bahkan ancaman maut sedang menantikan mereka, sampai akhirnya Sang Imanuel itu harus lahir di sebuah kandang yang hina. Tapi kita melihat dalam semua kesulitan yang Yusuf dan Maria hadapi, Allah selangkah demi selangkah memimpin Yusuf dan Maria sehingga mereka dapat melewatinya (menggenapi misi yang dipercayakan Allah). Allah sungguh turut bekerja di dalam kehidupan mereka, juga di dalam kehidupan kita seperti yang tertulis di Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

Ketiga, Allah tidak meninggalkan kita dalam segala kondisi. Walaupun Allah membiarkan ada kesulitan dalam kehidupan Yusuf dan Maria, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Allah selalu menguatkan Yusuf dan Maria melalui para malaikatNya. Karena itu Maria bisa dengan penuh keyakinan mengatakan: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk. 1:38). Terutama ketika mereka harus melarikan diri ke Mesir untuk menghindari bencana pembunuhan bayi yang diperintahkan oleh Herodes, sejak awal Allah sudah mempersiapkan bagi mereka emas melalui orng-orang Majus.

Bagaimana kita dapat merasakan dan yakin bahwa Allah Imanuel senantiasa menyertai kita? Seperti Yusuf dan Maria, kita harus tunduk, taat dan setia melakukan perintah Tuhan. Bagaimana kehidupan kita saat ini? Biarlah dalam segala kondisi yang kita hadapi, kita tetap tunduk, taat dan setia melakukan Firman Tuhan, supaya kita dapat merasakan kehadiran “Allah Imanuel” dalam kehidupan kita. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin