Hits: 378

Kita telah merenungkan tentang kasih Tuhan selama beberapa minggu berturut-turut, dan yakin bahwa setiap orang sudah cukup jelas tentang arti kasih. Kita telah mendengarkan penjelasan Pdt. Angkasa tentang kasih Tuhan yang agung karena Ia telah memberi kita Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita. Dari Pdt. Sing Sing, kita juga telah mendengar bahwa kasih dan pengorbanan tidak dapat dipisahkan dan kita harus menghargai kasih Tuhan kepada kita. Minggu lalu kita juga mendengar Pdt. Jonly menjelaskan bahwa kita harus mengasihi orang lain dengan kasih Kristus (mengasihi Tuhan dan sesama dengan tindakan nyata). Jadi bagaimana seharusnya kita hidup dalam kasih di dalam kehidupan kita, yang penuh dengan masalah dan tantangan?

Hari ini dari nasihat Paulus kita akan belajar bagaimana hidup dalam kasih Allah Roma 12:9-21 mendaftar setidaknya sepuluh hal yang harus dilakukan oleh anak-anak Tuhan supaya tidak menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi harus berubah oleh pembaharuan budi: “Jangan pura-pura atau munafik, saling mengasihi di antara saudara, mendahului dalam memberi hormat, membantu orang-orang yang berkurangan, memberi tumpangan, bersukacita dengan orang yang bersukacita, menangis dengan orang yang menangis, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak menganggap diri pandai dan hidup dalam perdamaian dengan semua orang”. Yang menjadi fokus kita saat ini adalah sedapat-dapatnya, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Apakah kita benar-benar berusaha hidup dalam perdamaian di antara komunitas Kristen? Sedapat-dapatnya, ini berarti kita harus berusaha keras untuk melakukannya. Kita tidak hanya harus memahami kasih, tetapi kita harus dengan sungguh-sungguh berusaha menunjukkan kasih Allah kepada orang-orang di sekitar kita. Ini baru benar-benar hidup dalam kasih! Meskipun kita menghadapi banyak masalah dan tantangan, kita harus melakukan kewajiban kita jika kita tahu ini penting.

Dengan saling mengasihi dan hidup dalam perdamaian dengan semua orang, kita akan berbuah untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain. Jika kita tidak bisa mengasihi orang lain, mungkin saja kita tidak benar-benar mengasihi Tuhan. Jika kita sebagai anak-anak Allah tidak saling mengasihi, kita mungkin merusak tubuh Kristus atau gereja. Melihat kemungkinan ini, kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mengingat kasih Allah yang besar bagi kita. Mungkin kita sudah “anggap biasa” kasih Allah yang besar itu! Kita jangan berhenti hanya pada tahap memahami kasih Allah, tetapi kita harus benar-benar mengalami dan membalas kasih Allah kepada kita. Oleh sebab itu, kita harus berdoa dan berusaha me“luarbiasa”-kan kembali kasih Allah yang mungkin kita sudah anggap “biasa”, dengan menghidupi (mengerti, mengalami dan mem balas kasih Allah).