Hits: 271

Dalam sejarah bangsa Israel kita sering melihat naik turunnya ketergantungan mereka kepada Allah. Sejak mereka keluar dari Mesir sampai pada masa kerajaan, tidak hanya bangsa Israel, tetapi juga raja-raja yang memimpin kerajaan. Sesungguhnya, mereka telah melihat Tuhan yang agung terus memimpin mereka melewati kesulitan hidup. Namun, hal-hal yang dilakukan oleh Tuhan ini tidak menjamin bahwa bangsa Israel akan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, sebaliknya mereka tampaknya menghadapi kesulitan bagaimana mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Dari beberapa raja Yehuda, kita akan merenungkan hidup yang bergantung kepada Allah, supaya kita tahu bahwa kita harus bergantung pada Tuhan bukan mengandalkan orang lain atau diri kita sendiri.

2Raja-raja 21: 19-26 mencatat bagaimana raja Amon tidak berkenan di hati Allah: ia menyembah berhala dan meninggalkan Allah. Ini menyebabkan masa pemerintahannya tidak lama; hanya dalam dua tahun ia dibunuh oleh para pegawainya. Ayahnya, Raja Manasye, juga demikian melakukan hal-hal yang sangat jahat di mata Tuhan dan masa pemerintahannya  disebut masa terburuk dalam sejarah Yehuda (55 tahun). Dia mengikuti dewa-dewa yang disembah oleh orang Kanaan dan mempersembahkan anak-anaknya sendiri sebagai korban, bahkan menempatkan patung Asyera di bait suci. Namun, dalam 2Tawarikh, tercatat bahwa pada saat terakhir Raja Manasye memiliki kesempatan untuk bertobat. Meskipun ia memerintah Yehuda dengan perbuatan jahat untuk waktu yang lama, tapi pada akhirnya ia bersedia mengubah dirinya sendiri. Jika kita menelusuri kembali ke ayah Manasye, raja Hizkia, ia mengalami keagungan Allah dalam dua puluh sembilan tahun lamanya memerintah kerajaan Yehuda. Alkitab mencatat bahwa ia adalah raja yang percaya kepada Tuhan dan berpaut kepada-Nya dengan segenap hati, sehingga ketika ia sakit, ia berseru kepada Tuhan, dan Tuhan menjawab permintaannya. Sesudah Allah memperpanjang hidup raja Hizkia, bukan berarti itu membawa akibat yang baik baginya; ia menunjukkan segala yang dimilikinya kepada raja Babel, sehingga menyebabkan akhirnya semuanya dibawa ke Babel.

Dari tiga generasi raja-raja ini, dengan jelas kita melihat bahwa apabila orang tahu bagaimana mengandalkan Tuhan maka ia akan bebas dari kebinasaan dan juga tidak akan terhambat pertumbuhan rohaninya. Jika kita ingin bersandar pada Allah dalam hidup ini, maka kita harus: membangun hubungan dengan-Nya melalui Firman Allah, melalui saudara-saudari di dalam Tuhan, dan melalui kehidupan kudus. Percayalah bahwa dengan adanya kebiasaan hidup seperti itu, hidup kita akan menjadi semakin hidup, lepas dari dosa dan kehidupan rohani pun akan bertumbuh. Bairlah kita belajar dari sejarah Israel untuk bergantung kepada Tuhan bukan bergantung pada orang lain atau bahkan diri kita sendiri.