Hits: 116

Hidup di dunia yang begitu kompleks, pasti kita sangat merindukan dapat hidup dalam kesederhanaan. Sebagai contoh, ketika kita menghabiskan liburan kita, kita berharap dapat beristirahat total, duduk di tepi danau yang indah sambil membaca buku karena terlalu sibuk waktu yang kita habiskan setiap hari. Alkitab juga ingin kita  sebagai anak-anak Tuhan, memiliki kehidupan yang sederhana. Karena dengan kehidupan seperti ini, barulah kita dapat memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi orang lain. Karena itu, kita harus kembali ke Alkitab untuk melihat apa yang dikatakan tentang kehidupan yang sederhana.

Ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini memberitahukan kita bahwa Paulus dengan saksama menasihati Timotius mengenai tantangan keserakahan yang dihadapinya saat itu. Pada saat itu Timotius dan jemaat menghadapi ancaman guru-guru palsu. Yang mereka ajarkan adalah bahwa ibadah (hati yang saleh) saja tidak cukup, tapi harus disertai konsep materialistis. Mereka mengira bahwa datang menyembah Tuhan akan mendatangkan berkat materi. Lagipula, Timotius masih muda waktu itu, materi sungguh merupakan tantangan besar bagi kaum muda, jika tidak waspada ia akan jatuh ke dalam percobaan. Karena ancaman ini, Paulus menasehatkan Timotius untuk berhati-hati, dalam menghadapi masalah seperti itu, ia harus memiliki rasa cukup dan kemurahan hati. Dalam ayat 6-8 dikatakan Paulus ingin Timotius mengingat bahwa: “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” Berbeda dengan yang diajarkan oleh guru-guru palsu, karena ketika kita benar-benar memiliki kesalehan yang disertai dengan rasa cukup, maka Tuhan pasti memberkati kita. Hendaklah kita bermurah hati, “menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (ayat 18). Ketika kita tahu bagaimana memberi kepada orang lain, kita menjadi semakin sadar akan apa yang disebut hidup sederhana. Jadi dengan memiliki hati yang puas dan bermurah hati, kita akan menghargai semua yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita dan kita bisa menjadi berkat bagi orang lain juga.

Pada dasarnya uang adalah hal yang netral, tetapi masalah timbul adalah tergantung bagaimana kita menggunakan uang itu, terutama hati yang tamak. Puas dengan hidup kita bukan berarti bahwa kita sangat kaya melainkan kita memiliki keinginan yang lebih sedikit untuk diatasi. Kita harus ingat bahwa konsep nilai kita tidak ditentukan oleh apa yang kita miliki tetapi oleh bagaimana kita memanfaatkannya dengan baik. Seperti yang dikatakan Amsal 28:25  bahwa “Orang yang loba (serakah), menimbulkan pertengkaran, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, diberi kelimpahan.” Kita harus percaya kepada Tuhan, memiliki hati yang puas dan murah hati, maka akan diberi kelimpahan.