Hits: 1472

Matius 7 adalah bagian akhir dari rangkaian khotbah di bukit. Fokus berita di sini pada masalah pemahaman dan tindakan sebagai respon. Ayat 7 adalah perintah yang harus dilakukan secara kontiniu. Sebuah kunci hidup di dalam dan bersama Tuhan adalah:

  1. Kenali Allah yang jadi sumber kehidupan – Bapa yang tahu dan mau. Mengapa kita harus meminta, mencari, dan mengetuk? Ada sesuatu yang sebetulnya ingin dikatakan oleh Tuhan Yesus kepada orang-orang yang mendengar pada saat itu, yaitu Bapamu yang di surga. “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Mat. 6:8). Sesuatu yang dikerjakan (doa) karena ada dasarnya yaitu mengenal Allah yang jadi sumber kehidupan – Bapa yang tahu dan mau. Kita meminta, mencari, dan mengetuk karena kita tahu siapa Bapa kita di sana. Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya (Mat. 7:11)
  2. Sadarilah kebutuhan Mintalah”. Bersama Tuhan adalah hidup dalam kelimpahan karena Sang sumber segala sesuatu dan sumber kehidupan adalah Allah. Masalah yang sering terjadi adalah manusia tidak sadari apa yang diperlukan atau dibutuhkan sehingga yang dicari dan diprioritaskan keliru. Akibatnya semua jadi kacau. Sadari kebutuhan adalah sebuah pemahaman yang membuat seseorang tahu juga apa yang ia tidak punyai. Ini kunci untuk memahami apa yang Tuhan Yesus katakan: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. (Mat. 5:3). Kesadaran membuat orang meminta dengan tepat. Ketika kita berdoa kita menyatakan apa yang kita perlukan, bukan semua yang kita inginkan. Sebenarnya di sini maksudnya bukan semua yang kita minta akan diberikan tetapi semua yang sesuai dengan pengenalan kita siapa Bapa kita.
  3. Upaya dalam kesungguhan – “Carilah”. Allah menghendaki seseorang bertanggungjawab mengusahakan secara optimal segala yang ia miliki. Sebuah upaya yang penuh dengan kesungguhan dan usaha yang maksimal. Usaha adalah bagian yang diberikan Allah dalam kehidupan. Seperti yang dikatakan Pengkhotbah 9:10 “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga”. Allah adalah Allah yang berkarya dalam keseimbangan dengan usaha keras dari manusia yang bertanggungjawab.
  4. Pasrah dalam ketaatan – “Ketuklah”. Ketukan pada pintu tidak membuat pintu secara otomatis terbuka. Ketukan hanya menjadi sebuah tanda bagi pemilik rumah atau penghuni kamar bahwa ada orang di luar yang ingin masuk atau bertemu. Kemampuan untuk membuka dan menentukan mau dibuka atau tidak merupakan hak prerogative dari mereka yang di dalam. Ini menunjukkan betapa kerentanan manusia tapi sekaligus apa yang menjadi kasih karunia Allah kepada anak-anak-Nya. Saat manusia tidak mampu melakukan apapun, “ketukan” tidak diabaikan oleh Allah sang Sumber Berkat.

Prinsip-prinsip di atas ini penting untuk menjadi dasar gerak kehidupan di dunia. Tanpa kesadaran ini kita bisa salah arah dan salah meminta. Tanpa usaha kita mengabaikan tanggungjawab yang Allah berikan sebagai bagian manusia, tanpa kepasrahan kita mendiskreditkan kedaulatan dan karya Allah dalam kehidupan. Hal itu hanya akan membuat seseorang tidak lagi berjuang dan berserah penuh.