Hits: 5414
Tidak ada manusia yang hidup di muka bumi ini mau menderita dengan berbagai kesulitan. Semua orang mau hidup tenang, senang dan penuh sukacita. Karena itu, tidak mengherankan ada gereja-gereja tertentu yang tiap minggu khotbahnya hanya menekankan tentang hidup yang berkelimpahan dan sukses, percaya Yesus Kristus tidak akan mengalami kesulitan, dengan mengutip bagian firman Tuhan yang terlepas dari konteksnya. Hanya mengkhotbahkan berita yang mengenakkan telinga seperti Firman Tuhan hari ini, jika hanya disinggung ayat pertama dan ayat kedua saja, maka bagian ini merupakan bagian yang sangat menyenangkan hati kita. “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Tetapi perlu diperhatikan bahwa bagian ini masih memiliki kaitan yang sangat erat dengan ayat-ayat selanjutnya.
Bagaimana seharusnya kehidupan orang-orang yang beriman kepada Yesus? Kita adalah orang-orang yang sudah dibenarkan oleh karena beriman kepada-Nya. Kehidupan kita sekarang sudah berbeda dengan kehidupan kita yang dahulu. Ternyata sekarang kita tidak hanya hidup dalam kedamaian dengan Allah dan menikmati damai sejahtera di dalam Dia, tetapi kita juga bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan (kesabaran). Jadi dalam hidup ini bukan hanya ada damai sejahtera, tetapi juga ada penderitaan dan kesukaran. Tuhan tidak pernah berjanji, hidup selalu senang tidak ada susah, tapi Tuhan berjanji berikan kita kekuatan hidup dan penyertaan-Nya.
Paulus memiliki konsep bahwa pengikut Kristus harus bangga terhadap kesengsaraan. Apakah konsep Paulus ini tidak salah? Kalau kita bandingkan dengan IKor. 15:31 “Saudara-saudara! Setiap hari saya tahan menderita karena saya bangga atas kehidupanmu sebab kalian sudah percaya kepada Kristus Yesus, Tuhan kita” (BIS).
Jelaslah bahwa Paulus tidak salah dan keliru kalau ia mengatakan: “kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita”, karena alasannya sangat jelas, yaitu “karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan (kesabaran), dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”. Paulus sungguh mengalami bahwa dari kesengsaraan akan timbul kesabaran (ketekunan), ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Karena ini adalah pengalaman hidupnya sendiri. Demi Injil Kristus, ia banyak berjerih lelah; sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut, dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam terkatung-katung di tengah laut, kerap kali tidak tidur; lapar dan dahaga; kerap kali berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian (2Kor. 11:23-28).
Karena itu dengan pengalamannya sendiri ia menasehati jemaat Roma yang sedang menghadapi situasi yang sulit. Jemaat mengalami tekanan yang berat dari orang-orang Yahudi maupun dari orang-orang Roma sendiri, serta dalam jemaat juga terjadi konflik yang serius. Karena itu Paulus menasehati dan mengingatkan mereka bahwa dalam hidup ini bukan hanya ada damai sejahtera dalam Yesus Kristus tetapi juga ada kesengsaraan. Tetapi Walaupun ada kesengsaraan tetap ada pengharapan. Dari kesengsaraan sampai timbul pengharapan harus melalui proses kesabaran dan ketekunan, kesabaran akan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji akan menghasilkan pengharapan. Paulus mengatakan pengharapan ini tidak mengecewakan kita, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Walaupun dalam hidup ini ada kesengsaraan tetapi ada Roh Kudus yang menolong kita melewati semuanya itu. Hidup dalam damai sejahtera dengan Allah, memiliki kesabaran, tahan uji dalam menghadapi kesengsaraan yang akan membawa kita kepada pengharapan kekal. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin.