Hits: 3198

Surat ini ditulis oleh Paulus ketika ia berada di dalam penjara. Umumnya orang yang dipenjarakan akan memikirkan keadaan dirinya sendiri. Tetapi lain dengan Paulus, dia malah memikirkan kehidupan Jemaat di Efesus. Dari isi suratnya kita bisa melihat kesedihan dan kekuatiran Paulus terhadap kehidupan jemaat di Efesus. Surat ini bukan hanya berisi nasehat tapi juga merupakan peringatan-peringatan yang serius dari Paulus kepada jemaat di Efesus yang mempunyai kehidupan tidak baik. Apa yang terjadi dengan kehidupan jemaat di Efesus? Kalau kita melihat kehidupan jemaat Efesus sesuai dengan gambaran-gambaran yang disebutkan di dalam Efesus 2:1-10, jelaslah bahwa jemaat Efesus tidak sepenuhnya (sungguh-sungguh) hidup di dalam Kristus. Mereka menuruti jalan dunia ini dan pola kehidupan lama kembali muncul dalam hidup mereka (V.1-3). Melihat keadaan ini tergeraklah hati Paulus untuk menulis surat kepada jemaat di Efesus. Tujuannya untuk mengingatkan dan menasehatkan mereka bagaimana seharusnya mereka hidup sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan karena kasih karunia Allah. Paulus mengatakan: “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, menghidupkan, membangkitkan, dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, bahkan menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya (V.4-7). Paulus mengingatkan mereka harus sungguh-sungguh memiliki kehidupan baru, yakni suatu kehidupan yang tidak lagi dipengaruhi oleh kehidupan lama atau suatu kehidupan yang sudah berbeda dari kehidupan sebelumnya supaya tidak menyia-siakan kasih karunia Allah yang demikian besar yang sudah diberikan kepada mereka. Dengan kata lain memiliki suatu perubahan hidup baru secara total. Dan kehidupan baru ini adalah suatu kehidupan yang berlangsung terus menerus. Oleh sebab itu kehidupan baru harus dijaga atau dipelihara dan dipertahankan.

Bagaimana kita mempertahankan kehidupan baru ini?

  1. Melupakan dan meninggalkan kegelapan hidup kita. Dosa yang pernah dilakukan sesudah mendapat anugerah pengampunan harus segera ditinggalkan. Kita harus meninggalkan kehidupan lama yang melawan Tuhan dan menjalani kehidupan baru yang bersekutu dengan Tuhan.
  2. Mengarahkan diri kepada Kristus. Hidup baru yang sudah diberikan Allah melalui Yesus Kristus, harus membuat pandangan dan arah hidup kita tertuju dan terfokus kepada Kristus. Artinya hidup kita harus berpusat kepada Kristus, karena kita bukan lagi hidup bagi diri sendiri melainkan hidup bagi Kristus yang telah menyelamatkan dan mengasihi kita. Seperti yang dikatakan Paulus: “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita”.
  3. Tinggal di dalam Kristus. Artinya hidup bersama Kristus (bergaul dengan Kristus) dan menurut peraturan Kristus. Peraturan Kristus adalah Firman Allah. “Setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi” (1Yoh. 3:6). Ini adalah satu kehidupan yang penuh sukacita dan berkemenangan! Karena itu, di dalam kehidupan kita yang penuh kesibukan, ketegangan dan tekanan, kita harus terus menerus “tinggal di dalam Kristus”, supaya kita benar-benar memiliki hidup baru.

Mengapa Paulus begitu memperhatikan jemaat di Efesus sehingga di dalam penjara pun ia menulis surat menasehatkan dan memperingatkan mereka? Paulus menghendaki supaya jemaat di Efesus tidak mengalami kebinasaan. Surat yang ditulis oleh Paulus ini tentu saja bukan hanya untuk jemaat di Efesus, tetapi untuk jemaat-jemaat pada masa kini juga. Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Apakah kita senantiasa mempertahankan kehidupan baru di dalam Yesus Kristus? Kiranya Tuhan memberkati kita.