Hits: 2639

Kita masing-masing memiliki reaksi yang berbeda saat kita melakukan kesalahan, dan bahkan ada yang mendorong pelanggaran mereka kepada orang lain. Singkatnya, pada dasarnya orang tidak suka mengakui kesalahan sendiri dan terkadang tidak mau menyelesaikannya dengan baik. Namun, seiring berjalannya waktu orang harus mengatasi masalah tersebut dengan baik, karena pada akhirnya kesalahan atau masalah harus diselesaikan. Karena itu, ketika kita membuat kesalahan atau masalah, kita harus pikirkan baik-baik bagaiamana cara mengatasinya agar kita tidak hidup dalam rasa bersalah.

Dari bagian firman Tuhan hari ini, kita bisa belajar bagaimana Yehuda menghadapi kesalahan dia sebelumnya, ia memikul tanggungjawab atas situasi pada saat itu untuk mengatasi kesalahan dia sebelumnya. Kejadian 44 menjelaskan ketika saudara-saudara Yusuf kembali ke tanah Kanaan, Yusuf menguji mereka lagi. Yusuf berbuat demikian karena ingin tahu bagaimana sikap saudara-saudaranya terhadap adik bungsunya. Ketika  mereka menemukan bahwa piala Yusuf ada dikantong Benyamin, bukan Ruben sebagai anak sulung yang maju untuk membela melainkan Yehuda yang maju membela adik bungsunya. Dari sini bisa dilihat, Yehuda berani menanggung masalah Benyamin karena tahu masalah ini disebabkan oleh kesalahan dia sebelumnya. Dari sini kita dapat melihat bahwa Yehuda berani berkata jujur, berubah sikap dan berani mati untuk menanggung kesalahannya. Dalam menghadapi situasi seperti itu, Yehuda harus menceritakan semua hal nyata yang terjadi, terutama janji dia kepada ayahnya untuk membawa Benjamin kembali karena dia tidak ingin ayahnya begitu menderita. Yehuda sekarang sudah berbeda sama sekali dengan Yehuda sebelumnya. Ketika Ruben tidak berani maju, dia bersedia maju untuk menggantikan Benyamin, tidak seperti sebelumnya memberi ide untuk menjual Yusuf. Akhirnya kita dapat melihat Yehuda sungguh berani mengambil resiko untuk mendekati pejabat tinggi Mesir. Karena konsekuensi yang paling berat adalah menghadapi hukuman mati. Dari ayat 18, bisa dilihat bahwa Yehuda sendiri sudah mengetahui konsekuensi dari mendekati pejabat tinggi, tapi yang dia hargai bukan lagi diri sendiri tapi hidup Benyamin.

Ketika kita melihat apa yang dilakukan Yehuda, kita diingatkan akan keselamatan yang digenapi Yesus di dalam diri kita. Yesus datang ke dunia untuk mengorbankan diri-Nya demi menyelamatkan umat manusia, supaya kita tidak lagi menjadi hamba dosa, tetapi menjadi anak-anak Allah. Yesus adalah keturunan Yehuda! Karena Yehuda berani untuk menanggung kesalahan masa lalunya dan mengorbankan dirinya sendiri, maka Tuhan memilihnya untuk menjadi anak sulung dan Yesus lahir dari keturunannya bukan dari keturunan Ruben. Oleh karena itu, kita perlu mengatasi pelanggaran kita dan bahkan menanggungnya sampai pada tahap penderitaan. Puji syukur kepada Tuhan, telah mengorbankan diri untuk menanggung dosa-dosa yang tak dapat kita tanggung