Hits: 157
Apa maksud tema kita hari ini ? Jikalau kita ditanya apa tujuan dan motivasi kita datang beribadah? Apakah engkau datang beribadah untuk Dia (Tuhan) atau untuk dirimu sendiri? Atau lebih lanjut ditanyakan: Kita datang beribadah untuk memuaskan hati-Nya (Tuhan), atau untuk memuaskan hati siapa.
Kel. 3:18; 5:1 menjelaskkan bahwa TUHAN Allah sendiri yang lebih dulu berinisatif datang menyelamatkan bangsa Israel, tujuan utamanya adalah agar bangsa Israel menyembah Dia. Hanya dengan cara seperti ini baru ada penyembahan yang benar.
Memang, manusia diusir dari taman Eden jauh dari hadapan Tuhan setelah jatuh ke dalam dosa, tapi manusia terdiri dari tubuh dan roh, juga disebut sebagai mahkluk hidup beragama, inilah yang membuat manusia berbeda dengan mahkluk lain. Karena manusia tahu bahwa ada sesuatu yang melampaui keterbatasan dirinya, disamping itu ada ancaman lain yang mengendalikan manusia melampaui kekuatan dirinya. Karena itu manusia mencari (keberadaan) kekuatan supranatural sebagai sandaran untuk melawan kekuatan yang mengendalikan dan mengancamnya. Akibatnya, manusia menyembah dewa gunung, sungai, pepohonan, dan fenomena alam seperti api, matahari, bulan, bintang, petir dan lain-lain, bahkan binatang buas pun disembah. Hal ini juga yang menimbulkan berbagai gagasan tersendiri untuk menciptakan berbagai bentuk ritual upacara penyembahan.
Tetapi TUHAN Allah sendiri yang berinisiatif memberi wahyu dan menampakkan diri kepada Abraham. Sampai pada zaman Musa juga seperti itu Allah menampakkan diri dan memberi wahyu kepada Musa. Sebab setelah empat ratus tahun bangsa Israel berada di Mesir, mereka hanya tahu Allah Abraham, Ishak dan Yakub nenek moyang mereka, namun bisa dikatakan mereka sama sekali sudah tidak mengenal Allah, kehidupannya juga sudah dipengaruhi oleh kebiasaan orang Mesir. Tapi ketika mereka ditindas dan disiksa, mereka hanya bisa memohon pertolongan kepada Allah dari nenek moyang mereka yang tidak diketahui namanya, bisa dikatakan bahwa mereka sama sekali tidak tahu apa yang disebut ibadah, juga sama sekali tidak ada konsep tentang Allah. Tidak heran ketika Musa naik ke Gunung Sinai selama empat puluh hari dan empat puluh malam, mereka menunggu sampai jengkel dan meminta Harun untuk membuat anak lembu emas untuk memimpin mereka. Harun juga menuruti permintaan bangsa Israel.
Kemudian agar bangsa Israel mempunyai satu pola penyembahan/ibadah yang benar maka susunan dan isi keseluruhan ibadah diatur bagi bangsa Israel. Maka Tuhan memerintahkan Musa untuk naik ke Gunung Sinai, selain memberikan Sepuluh Perintah kepada Musa juga memberikan ritual penyembahan, dan pembangunan bait suci (tabernakel) diberitahukan secara jelas terperinci. Musa juga melakukannya sesuai yang diperintahkan Tuhan. Karena itu, kalimat “Semuanya seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa” terus muncul di Kitab Imamat dan Ulangan.
Mengapa harus menekankan hal ini? Karena pusat penyembahan adalah Tuhan, bukan manusia. Karena Dia adalah pencipta, juruselamat, Allah Bapa bagi manusia. Jadi ibadah tidak berarti saya suka, tapi Tuhan suka. Ini adalah kesalahan banyak gereja. Posisi Tuhan dibalik menjadi tamu (jemaat), bahkan demi untuk lebih menarik minat orang mereka memakai banyak cara dan acara yang aneh.
Dalam Yohanes 4 dicatat untuk menghindari Yesus menyinggung masalah suaminya, perempuan Samaria segera
mengalihkan pembicaraan ke masalah tempat penyembahan yang sering menjadi perdebatan antara orang Israel dengan Samaria. Karena ada juga bait Allah di Samaria yang konon dibangun oleh Sambalat. Seolah mereka mempertahankan pendapat masing-masing di Bait Suci yang mana menyembah kepada Tuhan akan lebih berkenan kepada Allah. Yesus Kristus menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan kepadanya arti sebenarnya dari penyembahan dan bagaimana menyembah Tuhan.
Yesus berkata: Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24).
- Roh : Bukan hanya orang yang datang saja, tapi orang datang, hati harus datang juga. Persiapan sebelum datang beribadah, seperti urusan rumah tangga diatur dengan baik, malam minggu tidak menonton sampai larut malam supaya waktu datang beribadah tidak terlambat dan tidur. Mengapa ada preludium? Untuk persiapan hati, supaya kita sendiri dapat berdoa dengan tenang, berdoa untuk diri sendiri dan orang lain. Persiapan sebelum masuk ruang kebaktian: minum air putih, toilet, setelah masuk hindari jalan ke sana kemarin dan bicara. Karena itu, sebelum ibadah kita harus mempersiapkan jiwa dan raga agar tidak terganggu jalannya ibadah bagi kita sendiri dan jemaat lain.
- Kebenaran: yaitu harus dengan hati yang tulus dan benar, bukan dengan hati yang tidak benar bahkan motivasi yang tidak benar datang beribadah. Kebenaran, jalannya ibadah bukan diatur menuruti maksud dan minat diri sendiri, manusia, dan jemaat. Seperti zaman Musa, semuanya seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. Bersamaan dengan itu, liturgi kebaktian secara keseluruhan, dimulai dari preludium sampai amin, harus diikutinya sampai selesai. Kita tidak bisa dan tidak boleh mempersembahkan satu ibadah yang tidak sempurna kepada Tuhan. Jika kita mempersembahkan ibadah yang tidak sempurna kepada Tuhan, bukankah itu sangat mengerikan? karena kita telah mempermainkan Tuhan. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Gal. 6:7)