Hits: 6

Mempelajari dan memahami keagungan kasih Yesus terlalu luas, sehingga sulit untuk dipahami dalam satu hari. Takkan habis-habisnya bila kita ingin merenungkan keagungan kasih-Nya. Dari lahir sampai Ia disalibkan, mati, bangkit bahkan naik ke sorga sungguh memperlihatkan keagungan kasih-Nya. Dia lahir di kandang yang hina karena manusia tidak memiliki tempat yang layak untuk menerimaNya. Kandang yang hina sekaligus membuktikan Dialah Anak Domba Allah yang siap dibantai dan disembelih tanpa membuka mulut-Nya (Yes. 53:7).

Dari seluruh perjalanan hidup-Nya, paling tidak kita dapat melihat tiga alasan keagungan kasih-Nya.

Pertama, Dia dapat menerima perlakuan keji dan kasar tanpa ada rasa penyesalan serta kebencian. Di dalam 1 Ptr. 2:23 disebutkan “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil”. Siapakah diantara kita yang sanggup menahan penderitaan yang begitu luar biasa? Seharusnya manusia yang menerima perlakuan yang sedemikian, karena semua manusia sesat seperti domba, masing-masing mencari jalannya sendiri. Yesaya mengatakan; “Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya”. Dia taat menanggung semua penderitaan tanpa mengeluh. Betapa agung kasih Tuhan kepada manusia.

Kedua, Dia tetap rendah hati dalam menghadapi penderitaan dan penolakan manusia. Yesus bukan hanya diperlakukan tidak adil tetapi Dia juga mengalami penolakan yang kejam. Dia dihina, dianiaya, tertikam, diremukkan dan disalibkan walaupun Dia tidak ada dosa. Dalam Mat. 27:23 dikatakan: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!”. Ia diolok-olok, disesah dan disalibkan karena pemberontakan dan dosa kita. Dia adalah Allah yang Mahakuasa tapi dengan rendah hati menerima semua perlakuan buruk manusia. Dia telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Gal. 3:13). Dia rela disalibkan untuk menanggung dosa manusia. Hukuman yang Dia terima, mendatangkan keselamatan bagi kita dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Betapa agung kasih Tuhan kepada kita manusia.

Ketiga, Dia sanggup mengasihi sampai menyerahkan nyawa-Nya tanpa menuntut pembalasan. Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk.23:34). Di tengah-tengah penderitaan karena kejahatan manusia, kasihNya kepada manusia tetap tidak berubah. Dia tidak membalas kejahatan manusia, tetapi justru mengampuni dosa manusia dan berdoa bagi mereka. Dia menderita karena dosa yang dilakukan oleh manusia. Mengapa Yesus bersedia melakukan semuanya ini? “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Allah telah membuktikan bahwa Dia sungguh-sungguh mengasihi manusia, walaupun manusia berulang kali berontak kepada Dia, tetapi kasih-Nya tetap tidak berubah. Allah tidak ingin manusia binasa, tapi Ia menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan beroleh hidup kekal. Ingatlah Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Jikalau Allah begitu mengasihi kita, mari kita juga mengasihi-Nya dengan segenap hati. Wujudkan kasih kita kepada-Nya dengan tutur kata dan perilaku yang baik serta setia melayani Dia. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin.