Hits: 13

Ketika kita mengingat kembali topik khotbah kebaktian umum bulan ini, semuanya adalah berfokus pada tema misi. Kita semua diingatkan bahwa kita adalah terang dunia dan kita harus mempertahankan terus supaya terang kita tetap menerangi sekeliling kita. Meskipun kita akan menghadapi banyak tantangan dunia, tapi jangan menyerah sebab kita mempunyai penghibur terbaik yang akan menolong kita. Dengan adanya kepastian janji ini, apakah kita masih takut untuk memberitakan Injil? Seringkali kita tidak mau memberitakan Injil mungkin karena kita berpikir hal ini tidak terlalu penting, atau mungkin karena sudah beberapa kali orang yang kita injili menolak sehingga kita merasa lelah. Sesungguhnya masalahnya terletak pada di manakah hati kita untuk memberitakan Injil? Karena itu, hari ini melalui pengalaman Paulus kita akan belajar bagaimana memiliki sikap yang benar dalam memberitakan Injil.

Dari 2Kor. 4:1-15, kita dapat melihat pengalaman Paulus di dalam memberitakan Injil. Dari perikop ini kita akan merenungkan dua hal: kesadaran dan semangat. Kita tahu bahwa  kita semua harus memberitakan Injil, tapi kekuatan kita terbatas dan kadang kita merasa tawar hati. Paulus juga mengalami seperti itu, tapi sejak ia menyadari bahwa ia menerima pelayanan ini adalah oleh kemurahan Allah, maka ia tidak tawar hati (ay. 1). Selain itu, kita harus menyadari bahwa kita hanyalah bejana tanah liat; Tuhan mau memakai kita untuk menyatakan kekuatan-Nya yang melimpah-limpah (ay. 7). Dari sini kita dapat melihat bahwa Tuhan menginginkan kita memberitakan Injil, itu karena kemurahan yang berasal dari Allah bukan dari diri kita sendiri dan kita hanyalah bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan itu berasal dari Allah. Adakalanya dalam memberitakan Injil kita merasa patah semangat karena kita mengandalkan kekuatan sendiri dan tidak menaruh perhatian pada kemurahan Allah. Karena itu, ketika kita memberitakan Injil, ingatlah bahwa ini adalah tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita, dan kita harus mengandalkan kekuatan-Nya, mohon Dia memakai alat kita ini untuk memberitakan Injil.

Ketika kita menyadari bahwa kita semua adalah bejana tanah liat dan karena kemurahan Allah, maka kita akan lebih bersemangat untuk pergi memberitakan

Injil. 2Kor. 4:8-9 mencatat  dalam pemberitaan Injil Paulus mengalami banyak penderitaan, tapi ia dapat mengalahkan semua penderitaan itu dan tetap bersemangat memberitakan Injil. Kuncinya adalah dalam pemberitaan Injil ia tidak sombong dan tidak menghalalkan segala cara (ay. 2-5). Karena itu, asalkan kebenaran dinyatakan dan Yesus Kristus sebagai Tuhan diberitakan bukan diri sendiri, itu sudah lumayan. Bagian firman Tuhan ini mengajarkan kita bahwa memberitakan Injil bukan menyampaikan dalil/argumentasi tapi kebenaran. Paulus tidak ingin menggunakan cara sendiri tapi asalkan ia dapat menyampaikan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, itu sudah cukup baginya. Selain itu, setiap memberitakan Injil, Paulus senantiasa membawa kematian Kristus (ay. 10-11), artinya adalah Paulus selalu mengingat akan penderitaan Yesus, sehingga ia tidak tawar hati. Karena itu, waktu kita memberitakan iniil yang terpenting adalah menyampaikan kebenaran bukan dalil umum.

Seringkali kita merasa lelah dan tawar hati/ patah semangat dalam memberitakan injil, itu karena kita mengandalkan diri sendiri dan  tidak kembali kepada Alkitab sehingga yang kita sampaikan kepada orang yang belum percaya adalah dalil/prinsip yang kita ketahui bukan kebenaran. Kita bekerja sangat keras supaya orang-orang yang belum percaya menjadi percaya dan lupa bahwa yang membuat mereka percaya adalah Roh Kudus. Kita juga tidak melihat bahwa firman Tuhan adalah hidup dan yakin bahwa melalui firman Tuhan Roh Kudus akan menggerakkan hati orang. Ini adalah cara yang sangat sederhana, tapi kita malah menggunakan cara kita sendiri. Karena itu, hati kita yang mau memberitakan Injil harus dibangkitkan, juga harus sadar bahwa oleh kemurahan Allah kita menerima pelayanan ini dan kita hanyalah alat untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi.