Hits: 21

Keluaran 23:13-19 adalah salah satu bagian Kitab Perjanjian (Kel. 20:22-23:33). Bagian yang berisi butir-butir aturan mengenai hubungan antara umat Israel dengan Tuhan (peraturan tentang hari raya) adalah bagian terakhir yang memuat peraturan. Setelah ini adalah bagian penutup, yaitu bagian yang memuat janji bagi bangsa Israel yang memegang (melaksanakan) Kitab Perjanjian (Kel. 23:20-33).

Desain Keluaran 23:13-19, terdiri dari tiga bagian: Transisi (ay. 13); Tiga Hari Raya (ay. 14-17); Empat Peraturan Lain (ay. 18-19).

Pertama-tama, Keluaran 23:13b menyebutkan “nama allah lain janganlah kamu panggil” dan mengingatkan kembali kepada perintah pertama dari Sepuluh Perintah Allah “jangan ada padamu, allah lain di hadapan-Ku”. Bagian ini mendorong adanya komitmen penuh kepada Allah Yahweh. Bukti komitmen untuk menyembah Yahwe sepenuhnya adalah ketaatan kepada butir-butir Kitab Perjanjian.

Keluaran 23:13-17 berisi peraturan mengenai tiga hari raya. Tiga hari raya ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat Israel sebagai bangsa agraris, khususnya peristiwa panen. Pada tiga hari itu, harus diadakan perayaan bagi Tuhan (23:14) dan semua laki-laki Israel harus menghadap Tuhan, yang pada masa kemudian berarti harus pergi ke Bait Allah di Yerusalem (23:17). Tiga hari raya tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, hari raya Roti Tidak Beragi (23:15), yaitu hari raya di masa pertama-tama waktu panen yang dirayakan pada musim semi (sekitar April). Selama tujuh hari lamanya Israel harus makan roti yang tidak beragi. Dalam kalender keagamaan Israel, hari raya Roti Tidak Beragi dirayakan pada hari berikutnya setelah hari raya Paskha (memperingati keluarnya Israel dari Mesir). Kedua, hari raya Menuai (23:16a), yakni menuai buah bungaran (buah yang pertama kali keluar) dari hasil usaha menabur. Hari raya ini disebut juga hari raya Buah Sulung untuk menandai bahwa panen sesungguhnya baru dimulai (awal pertama masa panen yang sesungguhnya). Hari raya ini dirayakan tujuh minggu setelah hari raya Roti Tidak Beragi dan dalam bahasa Yunani disebut hari raya Pentakosta. Terakhir, hari raya Pengumpulan (23:16b) yaitu hari raya pada akhir masa panen (di musim gugur). Hari raya ini dikenal juga sebagai hari raya Tabernakel (hari raya Pondok Daun).

Sikap dalam melakukan perayaan ditentukan juga oleh Tuhan. Semua laki-laki Israel harus menghadap Tuhan di rumah-Nya (23:17). Tuhan juga memeringatkan, “tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa.” (23:15). Saat mengadakan perjalanan ziarah ke Yerusalem untuk menyembah Tuhan, mereka harus membawa persembahan. Bahkan, persembahan yang dibawa tersebut haruslah hasil yang terbaik (23:19). Semua perayaan ini mengingatkan bahwa kehidupan sehari-hari bangsa Israel dapat berjalan adalah karena berkat Allah Yahwe. Karena itu, bangsa Israel perlu terus mengingat Allah dan bersyukur atas pemeliharaan-Nya dalam hidup mereka, baik mereka ada dalam keadaan naik atau turun. Bangsa Israel perlu menyadari bahwa semua yang ada dalam kehidupan mereka adalah anugerah Allah dan karena itu, senantiasa mengucap syukur kepada-Nya (thanksgiving).

Dari empat aturan terakhir, dua aturan pertama berkaitan dengan cara yang benar dalam membawa persembahan korban. Aturan ketiga berkaitan dengan prinsip membawa hasil panen yang terbaik. Larangan dalam aturan terakhir, yang menimbulkan banyak pertanyaan, diberikan karena praktik memasak “anak kambing dalam susu induknya” adalah praktik orang Kanaan dalam penyembahan terhadap dewa kesuburan (bdk. “menyukai kue kismis” dalam Hos. 3:1). Tuhan tidak ingin orang Israel melakukan praktik penyembahan seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan.