Hits: 16
Mulia tampaknya mudah dimengerti , tetapi sulit untuk diberikan definisi yang lengkap. Biasanya kita berbicara tentang segala kemuliaan bagi Allah, kita hanya membahas tentang kemuliaan Allah, tentu saja ini tidak salah. Bagaimana dengan kemuliaan manusia? Secara khusus kita sering mendengar perkataan: ” Jangan merampas kemuliaan Allah”. Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23). Di mana ada kemuliaan? Waktu malaikat memberitakan kepada gembala-gembala, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk. 2:14).
Kemuliaan bagi Allah, bagaimana dengan manusia? Ketika Tuhan menciptakan manusia, dikatakan: Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat (Mzm. 8:6). Di sini jelas bahwa Allah memberikan manusia kemuliaan, secara khusus ketika manusia diciptakan, Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej. 1:26-28).
Jikalau manusia tidak memiliki kemuliaan dan kekuasaan, bagaimana ia bisa berkuasa dan menaklukkan bumi dan segala yang ada di dalamnya? Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia, namun sangat disayangkan, sejak jatuh ke dalam dosa manusia mulai takut. Mengapa? Karena manusia telah kehilangan kemuliaan. Seseorang yang memiliki kemuliaan, setelah kehilangan kemuliaan hatinya akan menjadi tidak ada damai. Ada banyak contoh seperti ini: seorang raja, presiden atau pemimpin memiliki kemuliaan besar ketika berkuasa; tidak peduli di mana pun mereka berada, ada banyak orang memeriahkannya, tapi setelah mereka kehilangan kekuasaan, apa yang terjadi? Pada saat di pengadilan, mereka tidak berani mengangkat kepalanya, tidak seperti sewaktu mereka masih berkuasa dengan kepala terangkat dan suara keras berbicara. Pada dasarnya manusia berkuasa atas segala sesuatu, tapi setelah manusia jatuh di dalam dosa dan kehilangan kemuliaan, jangankan binatang besar, seekor nyamuk saja manusia sudah takut. Apalah artinya manusia? Kemuliaan manusia telah hilang.
Puji syukur kepada Tuhan, Yesus Kristus datang supaya kita memperoleh kembali kemuliaan itu. Kemuliaan terbesar adalah membuat kita menjadi anak-anak Allah kembali. Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12). Karena Yesus Kristus kita menjadi anak-anak Allah, maka kita harus menikmati kemuliaan yang diberikan oleh Allah. Hendaklah kita dengan penuh kepastian berkata bahwa kita adalah anak-anak Allah, karena ini adalah suatu kemuliaan. Mengapa kita sebagai anak-anak Allah adalah orang-orang yang memiliki kemuliaan? Bukan hanya nama, tapi kita yang hidup di dalam Tuhan kemuliaan itu benar-benar telah kembali kepada kita. Hanya saja kita jarang mempraktekkannya, karena kita meragukan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Apabila kita meragukan bahwa kita adalah anak-anak Allah berarti kita meragukan kekuasaan-Nya. Allah menyuruh Musa supaya memerintahkan batu mengeluarkan air, tapi ia tidak berani, lalu ia mengambil tongkat memukul batu itu dan memang batu mengeluarkan air. Tapi karena hal ini, Musa tidak boleh masuk ke tanah Kanaan, karena ia ragu-ragu bahwa dirinya adalah anak Allah.
Ketika kita yakin bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kemuliaan Allah akan dinyatakan di tengah-tengah kita. Dalam Alkitab ada banyak contoh: Musa ketika ia yakin bahwa dia adalah anak Allah, ia dapat membuat laut terbelah; waktu Daniel dilemparkan ke dalam gua singa, ia tidak takut dan singa juga tidak melukainya, karena mereka memiliki kemuliaan Allah. Orang yang memiliki kemuliaan akan memiliki kekuasaan dan damai sejahtera, karena damai sejahtera diberikan kepada manusia yang berkenan kepada-Nya.
Adakan damai dihati kita hari ini? Terlebih di tengah dunia yang penuh gejolak ini, di mana-mana ada teroris, apakah kita takut? Kita harus seperti Paulus berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp. 1:21). Jika kita hidup untuk menggenapi misi yang dipercayakan Tuhan, maka bagi kita mati adalah keuntungan. Apalah artinya kemuliaan dunia ini? Semuanya adalah sementara, bisa dirampas dan akan lenyap, bahkan bisa mendatangkan ketidaktentraman dan tekanan. Karena hidup kita adalah untuk memuliakan Tuhan, ini barulah kemuliaan sejati.