Hits: 33
Bagaimana sikap hati kita ketika datang beribadah kepada Tuhan? Apakah ada perasaan khusus ataukah ibadah bagi kita hanya sebuah rutinitas ritual keagamaan kita? Harus kita akui, kadang-kadang kita merasa malas atau tidak bersemangat datang beribadah. Akhirnya kita datang beribadah hanya karena merasa kita orang Kristen bukan karena rindu untuk menyembah Tuhan. Bila itu yang terjadi maka ibadah kita tidak dengan hati yang murni. Dalam I Tawarikh 28:9a dikatakan: “Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita”. Tuhan menginginkan kita datang beribadah dengan hati yang murni, tulus ikhlas dan rela hati.
Mengapa kita harus beribadah kepada Tuhan dengan hati yang murni? Dari gambaran penglihatan Yesaya terhadap penyembahan para Serafim “Tuhan penuh kemuliaan duduk di atas tahta-Nya. Para Serafim tidak berani memandang wajah-Nya. Mereka menutup muka dengan sayapnya, lalu memuji Dia, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” Jelaslah bahwa Allah yang kita sembah adalah Tuhan yang maha agung, maha kudus dan maha mulia. Karena itu kita harus datang beribadah kepada-Nya dengan hati yang murni .
Untuk kita memiliki hati yang murni datang beribadah kepada Tuhan maka:
Pertama, Mata dan hati kita harus mampu melihat kemuliaan dan kebesaran Allah (V.1-3). Bagaimana sikap hati dan perasaan kita, ketika mau datang beribadah kepada Tuhan? Apakah ada kerinduan dan kehausan untuk melihat akan kemuliaan dan kebesaran Allah? Yesaya melalui penglihatannya memberitahukan kepada kita bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang kudus dan mulia. Karena itu ketika kita datang beribadah kepada Tuhan seharusnya kita sungguh-sungguh dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati. Melihat akan kemuliaan, kekudusan dan kebesaran Tuhan maka dengan sendirinya kita akan datang beribadah kepada Tuhan dengan hati yang murni dan suci.
Kedua, Menyadari keberdosaan diri kita (V.4-5). Oleh karena melihat kemuliaan dan kekudusan Allah, Yesaya ditelanjangi secara rohani sehingga ia mengaku dirinya adalah seorang “najis bibir” dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibi. Yesaya mengakui dosanya sendiri dan dosa bangsanya (tanggungjawab bersama). Untuk memiliki hati yang murni ketika datang beribadah kepada Tuhan, kita perlu mengaku akan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Sangat disayangkan, ketika kita datang beribadah kepada Tuhan, sering kita lebih banyak melihat kesalahan orang lain daripada ketidaklayakkan kita di hadapan Tuhan. Kita merasa diri orang yang suci dan benar padahal kita adalah orang yang najis. Oleh sebab itu kita harus menyadari siapakah diri kita ketika datang menghadap Tuhan .
Ketiga, Mendapat pengampunan dosa (V.6-7). Ketika Yesaya menyadari bahwa Tuhan itu mulia dan dirinya adalah orang yang berdosa maka ia mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Kesalahannya telah dihapuskan dan dosanya juga sudah diampuni oleh TUHAN. Oleh sebab itu, setiap kita perlu mendapatkan pengampunan dari Tuhan supaya kita memiliki hati yang suci dan murni untuk memuji dan menyembah-Nya.
Dengan memahami keberadaan Tuhan itu, kita akan tahu dengan sikap hati bagaimanakah datang beribadah kepada Tuhan. Melalui penglihatan Yesaya ini kita telah belajar datang beribadah dengan hati yang murni. Jika kita beribadah dengan hati yang murni, pasti ibadah itu berguna bagi kita. Seperti yang 1Tim 4:8 katakan “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. Tuhan memberkati kita. Amin