Hits: 56
Adakalanya pada saat kita berada di puncak keberhasilan hidup kita, kita merasa ini adalah hasil dari upaya kita sendiri. Kita melupakan jikalau kehidupan kita sebenarnya ada orang-orang di sekeliling kita yang memungkinkan kita meraih hasil pencapaian kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kitapun harus sadar ada Tuhan yang selalu menopang dan memimpin kehidupan kita untuk meraih pencapaian tersebut. Siapakah kita manusia yang adalah ciptaan dan bukan siapa-siapa? Oleh sebab itu, baik dalam kehidupan sehari-hari kita dan juga dalam kehidupan rohani kita, kita harus menyadari siapakah yang terbesar.
Di dalam Matius 18:1-11, murid-murid Yesuspun lupa sebenarnya siapakah mereka dengan mereka menanyakan siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dalam beberapa peristiwa yang terjadi dalam pelayanan Yesus, seringkali kita melihat hanya beberapa murid saja yang terlibat langsung, sedangkan ada beberapa yang tidak. Hal inilah yang menyebabkan murid-murid Yesus menanyakan Yesus tentang siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga atau dengan kata lain siapakah yang terbesar di antara mereka.
Namun Yesus dalam bagian tersebut menjawab dengan cara yang unik dengan memanggil seorang anak kecil dan berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 18:3) Yesus tidak langsung menjawab mengenai yang terbesar, melainkan siapakah yang akan masuk dalam Kerajan Surga. Sudah pasti dalam Kerajaan Surga yang terbesar adalah pemilik dari kerajaan tersebut yang tiada lain adalah Allah itu sendiri. Yesus menekankan yang mau masuk ke dalam Kerajaan Surga adalah yang mau bertobat dan menjadi seperti anakkecil. Bertobat adalah suatu hal yang penting, menyadari akan siapakah kita manusia dan mengakui Tuhan yang adalah pencipta kita. Dengan demikian kita tidak lagi mengejar siapakah yang terbesar melainkan menuruti apa yang memang Tuhan kita inginkan.
Menjadi seperti anak kecil, pada ayat 4-6 memberitahukan tentang 3 kata barangsiapa: barangsiapa merendahkan diri, barangsiapa menyambut dan barangsiapa menyesatkan.
Pertama, mau merendahkan hati karena seorang anak kecil pada dasarnya mengikuti dan bergantung kepada orang tuanya. Kitapun dalam mengikuti Tuhan kita sudah sepantasnya demikian, mengikuti dan bergantung kepada-Nya.
Kedua, mau menyambut Tuhan seperti halnya seorang anak kecil menyambut seseorang tanpa adanya maksud-maksud tertentu.
Ketiga, mengandung akan janji Tuhan dimana “Kepolosan Rohani” kita akan dipimpin dan dijaga oleh Tuhan sendiri, sehingga penyesat-penyesat tidak akan dapat merusak kita. Di sisi yang lain kita diingatkan juga agar jangan sampai menjadi penyesat bagi orang lain. Dengan demikian, orang-orang seperti inilah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Bagaimanakah kita saat ini, apakah kita sudah benar-benar bertobat dan menjadi seperti anak kecil yang merendahkan hati, menyambut dalam nama Tuhan dan tidak menjadi penyesat karena kita sudah pasti akan dijaga oleh Tuhan? Agar tidak menjadi penyesat, biarlah kita mau mempunyai hati seperti anak kecil yang mau belajar dan terus bertumbuh. Kitapun mau terus untuk belajar diisi oleh Firman Tuhan dan terus bertumbuh agar kita tidak menjadi penyesat, terus merendahkan hati dan menyambut Tuhan dengan ketulusan hati.