Hits: 127
Bagian Nas Alkitab ini memberitahukan sejak Musa diambil oleh putri Firaun, makanan dan pakaian semuanya berasal dari istana Mesir. Dari penampilannya terlihat ia seperti seorang bangsawan kerajaan resmi. Tetapi pimpinan Tuhan sungguh ajaib, dengan mengatur ibunya sebagai inang pengasuh untuk mengasuhnya, dan ibunya yang bijaksana tersebut mengambil kesempatan ini untuk mengajarkannya bahwa ia adalah seorang Ibrani, sehingga ia tidak lupa akan identitas dirinya sendiri. Karena itu ketika ia melihat apa yang dihadapi orang Ibrani pada saat itu, maka tanpa disadari timbul rasa simpati. Ini memberitahukan kepada kita : “Setelah melewati beberapa waktu, Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya dan melihat kerja paksa mereka.” Dan melihat seorang Mesir sedang memukul seorang Ibrani, maka bangkitlah kemarahan dalam dirinya, lalu tanpa pertimbangan lagi langsung dibunuhnya orang Mesir itu dan dikuburkannya, ia berpikir tidak ada orang yang melihatnya.
Tidak disangka keesokan harinya ia melihat dua orang Israel sedang berkelahi lalu ia pergi mencegah mereka, tidak disangka orang bersalah itu malah bertanya kepada Musa : “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?” Setelah mendengar itu, ia sangat terkejut dan tahu bahwa keadaannya tidak baik. Benar, tidak lama kemudian Firaun juga mengetahuinya, dan mencari cara untuk membunuh Musa. Akhirnya Musa melarikan diri, bersembunyi dari Firaun, tiba di tanah Midian.
Suatu hari Musa sedang duduk di tepi sebuah sumur. Waktu itu, tujuh anak perempuan imam Midian datang untuk menimba air, dan ia menolong mereka menimba air dan memberi makan domba-domba. Pada saat ini, sekelompok gembala juga datang untuk mengambil air, dan anak perempuan Midian biasanya diganggu dan diusir oleh mereka. Tetapi hari ini mereka diusir oleh Musa. Karena itu anak perempuan imam Midian bisa pulang lebih awal. Setelah imam Midian mengetahui hal ini, ia meminta Musa untuk tinggal dan memberinya makan juga membiarkannya menggembalakan kawanan dombanya. Tidak lama kemudian diberikan anak perempuannya Rehuellah Zipora kepada Musa sebagai istrinya. Maka Musa mulai dari status seorang pangeran bangsawan turun menjadi seorang gembala yang hidup di padang belantara.
Kisah ini menunjukkan kepada kita satu kebenaran yang penting; Ya, menyelamatkan saudara sebangsa dari penderitaan adalah tugas dari seorang warga negara, tetapi jangan lupa bahwa tugas ini apalagi perkara keluarga Tuhan tidak bisa dilakukan dengan hanya mengandalkan antusias, kebijaksanaan, dan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang hanya ingin mengandalkan dirinya sendiri seperti Musa akan gagal.
Bersamaan dengan itu cerita ini tidak berhenti di sini, tetapi dilanjutkan lagi dengan kalimat-kalimat yang penting: “Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka (Kel. 2:23-25).
Iingatlah selalu bahwa Allah memiliki waktu dalam melakukan segala sesuatu. Pada kenyataannya, orang Israel pada saat itu hanya dengan sikap berseru kepada langit dan bumi, mereka hanya tahu adalah bahwa mereka tidak bisa lepas dari cengkeraman orang Mesir dengan mengandalkan diri sendiri. Pada waktu itu, sudah 400 tahun sejak Yakub membawa anggota keluarganya ke Mesir, dan tidak ada nabi besar, atau pemimpin yang muncul selama masa itu untuk mengajar mereka, hanya beberapa orang tua yang dapat, seperti ibu Musa, mengambil kesempatan untuk mengajar Musa sedikit tentang keberadaan Allah. Kalau bukan Tuhan yang menampakkan diri dan mengungkapkan kepadanya melalui semak duri yang terbakar, Musa juga tidak tahu siapa Tuhan itu. Ya, bukankah kita juga sering seperti ini! Hanya tahu bahwa ada Tuhan, tetapi apakah pengenalannya terhadap Dia juga sama seperti pengenalan orang-orang pada umumnya terhadap dewa-dewa mereka? Syukur kepada Tuhan bahwa Dia tidak meninggalkan kita karena alasan ini. Dia masih terus peduli dan memelihara kita.