Hits: 667

Tahun ini sudah lewat tiga hari, hari ini adalah hari keempat. Bagaimana kita melewati tahun 2014? Reaksi setiap orang berbeda-beda, tidak ada yang mutlak, macam-macam pengalaman di dalamnya, ada yang manis, pahit, dsb. Secara khusus tidak ada yang mampu memprediksi, karena itu sering dikatakan: Tak terduga! Dan banyak hal sering orang tidak dapat menerka apakah itu keberuntungan atau malapetaka.

Lebih-lebih pada tahun 2015 ini, kita semua secara khusus bersyukur untuk rakyat Indonesia yang telah berhasil melewati dua kali pemilu dengan lancar, siapa sangka, pada hari Minggu pagi beberapa hari yang lalu, tiba-tiba dunia dikejutkan dengan berita buruk tentang kecelakaan pesawat. Bagaimana respon kita? Bagaimana kita menghadapi satu tahun yang baru, apa yang akan terjadi di tahun 2015?

Banyak orang membaca surat kabar dan mendengar berita di TV apakah perekonomian akan lebih baik? Nilai tukar rupiah semakin tidak optimis, harga emas juga terus turun! Bagaimana dengan keamanan dan politik, tindakan ISIS semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan, anggota DPR telah dilantik berbulan-bulan tapi masih ribut terus dan tidak ada hal yang sungguh-sungguh dikerjakan. Melihat semua ini kebanyakan orang akan merasa pesimis dan suram, seperti nabi Yeremia.

Jika kita membaca dari pasal pertama, kita akan mengetahui bagaimana keadaan waktu itu, karena orang-orang Israel memberontak terhadap Allah dengan menyembah dan mengikuti para dewa dari bangsa-bangsa di sekitarnya, maka Allah juga terus membangkitkan nabi-nabi untuk menasehati dan menegur tapi mereka acuh tak acuh dan malah semakin menjadi-jadi, akibatnya hukuman Allah tiba. Seperti gambaran di pasal 1 dan 2 dan ditulislah ratapan ini, karena itu Yeremia disebut juga sebagai nabi yang meratap.

Tapi, hari yang menderita dan menyedihkan tidak demikian berlanjut terus, sampai pada pasal 3, ketika ia berpaling kepada Allah,ia menemukan satu fenomena yang penting. Benar, diayat 20 dikatakan: “Jiwaku selalu teringat akan hal itu dantertekan dalam diriku.” Tapi diayat 21 dikatakan lagi: “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap.” Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

“TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN (Yer. 3:21-26)

Memang, sejak kejatuhan manusia, kondisi manusia semakin jatuh semakin dalam, ini bukan hanya terjadi di zaman kuno Perjanjian Lama, di zaman modern sekarang bukankah juga demikian, bahkan semakin parah dan menakutkan, hal-hal yang dahulu dipandang perbuatan amoral, tapi hari ini dianggap populer dan kebebasan hak asasi manusia, dunia ini semakin hari semakin kacau, sifat manusia juga semakin mengerikan, kasus pembunuhan yang dilakukan anak remaja makin umum. Bunuh diri untuk membunuh orang juga bukan hal yang mengejutkan. Apa yang akan terjadi dengan dunia ini?

Tetapi puji syukur kepada Allah! Meskipun Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada hari esok, tapi Saya tahu anugerah Tuhan cukup bagiku setiap hari. Seperti pada perang dunia II Jerman dan Jepang berpikir mereka sangat kuat dan pasti menang, tapi hasilnya bagaimana?

Harga BBM baru naik, tiba-tiba pemerintah mengumumkan turun seribu rupiah. Sungguh apa yang dimaksud “Sekalipun seperti jalan buntu tapi tetap ada titik terangnya”. Inilah perjalanan hidup manusia, lebih-lebih kita semua adalah anak-anak Tuhan! Berkat Tuhan selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (ayat 23). Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2Kor. 5:17). Sebab itu “kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” (2Kor. 4:16)