Hits: 131
Iman adalah pusat kepercayaan orang Kristen. Di sepanjang perjalanan kehidupan kita ada 99% nilai penunjang yang menggunakan iman. Andai kata kita mau naik pesawat terbang, kita juga tidak mungkin menanyakan siapa pilotnya dan akan terbang kemana, tetapi kita harus membeli tiket dan naik pesawatnya. Sebenarnya sepanjang kehidupan kita selalu menggunakan iman.
Kita harus mengerti: iman bukanlah suatu perasaan, misalnya: “ Hari ini saya merasa Tuhan itu sangat baik. “ Juga bukan merupakan pelanggaran rasio yang membuta atau tindakan yang rasional, terlebih bukanlah percaya pada kekuatan alam semesta. Pada saat ini yang lebih disayangkan banyak orang Kristen yang mempunyai konsep demikian, menganggap orang yang sakit tidak perlu mencari dokter, hanya memerlukan iman penyakit dapat sembuh.
Sebelum Mrk 9:14, Yesus dan tiga muridNya berubah rupa di puncak gunung, supaya mereka melihat kemuliaanNya, sehingga mereka mempunyai iman untuk menghadapi masalah yang lebih besar, tetapi pada waktu mereka turun gunung dan menghadapi masalah yang berbeda, ketiga murid Yesus tidak dapat menyembuhkan seorang anak yang sakit ayan, dan masalah menjadi lebih besar lagi, tidak mampu menghadapi perdebatan dengan para ahli Taurat. Dalam keadaan ini Tuhan menampakkan diri, menyelamatkan mereka dan anak itu. “Orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua” Allah dapat menampakkan diri pada saat yang paling tepat, mengulurkan tanganNya untuk kita, waktu Allah yang terindah.
Kita patut belajar dari ayah dari anak ini, dia sungguh mengasihinya, membuat dia tidak menghiraukan di depan orang banyak mendapatkan Yesus, menyembah dan memohon (Mat 17:14), meskipun dia telah mengalami ketidak mampuan dari murid-muridNya, tetapi tetapi memiliki iman terhadap Tuhan Yesus, bukan karena kegagalan dari murid-muridNya dan melepaskan permohonan kepada Tuhan Yesus. Dia dengan sikap yang rendah hati memohon : “Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” (Mrk 9:22b). dan berkata “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”.
Ketika manusia selalu dapat menghadapi “ “, siapa yang dapat membawa kita memasuki “ ”? itu adalah iman. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!. Ini adalah kekuatan sebuah iman.
Bagaimana mempunyai kekuatan sebuah iman? Murid-muridNya tidak mampu mengusir anak yang kerasukan roh, apakah murid-muridNya tidak mempunyai kekuatan sebuah iman? Murid-muridNya tidak mengerti apa dimaksud dengan iman, tetapi mereka bertanya kepada Yesus bagaimana menambah iman mereka. Yesus menjawab : “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja dan berkata kepada pohon itu : “Tumbanglah, jatuhlah ke laut!” pohon itu akan mendengarkan kalian.” Dari jawaban Tuhan Yesus dapat melihat suatu hal yang sangat penting: biji sesawi adalah biji yang paling kecil, Tuhan Yesus bukan menekankan besar kecilnya dari sebuah iman, melainkan obyek dari iman. Ini merupakan tingkat kepercayaan.
Kehidupan orang Kristen juga demikian, kita semakin mengenal Tuhan, kita semakin percaya kepadaNya, belajar percaya akan firmanNya, melainkan perasaan bersandar. Menghabiskan waktu untuk membaca firmanNya, mohon Tuhan supaya kita semaki melihat diriNya dan semakin mengenalNya.