Hits: 316
Berbicara tentang perubahan bisa dikatakan bukan hal sederhana. Seseorang dari kecil sampai menjadi dewasa membutuhkan banyak proses perubahan. Beberapa bagian firman Tuhan di dalam Alkitab juga menuntut kita sebagai anak-anak Tuhan harus terus berubah semakin menyerupai Kristus. Seperti bagian firman Tuhan yang akan kita renungkan hari ini ingin kita berubah: kita harus menanggalkan manusia lama, dan mengenakan manusia baru yang terus berbuah. Melalui Ef. 4: 17-32 kita harus belajar bagaimana melepaskan masa lalu kita, untuk bergerak menuju hidup baru, dan berbuah untuk memuliakan Tuhan.
Ayat-ayat di atas memberi tahu kita bahwa Paulus menasehati jemaat Efesus sebagai tubuh Kristus, tidak boleh ada perselisihan, harus menjauhkan diri dari ajaran sesat dan melayani Tuhan sesuai dengan talenta masing-masing. Kemudian, dalam perikop ini, Paulus sekali lagi menasehatkan mereka untuk menanggalkan manusia lama itu: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia, pengertiannya yang gelap dan perasaan mereka telah tumpul. Ayat 23-24 “supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru….,.” Di sini mengingatkan jemaat Efesus untuk berubah menjadi anak-anak Tuhan yang berkenan kepada Tuhan: hidup di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Ini berarti kita harus rela menanggalkan dan tidak lagi ingin memakai pakaian lama dan kita harus berinisiatif untuk melakukannya, terutama isi yang dikemukakan ayat 25-32. Ketika kita sungguh-sungguh melakukan beberapa tindakan yang disebutkan di dalamnya, kita akan dapat berbuah. Perubahan dan hasil seperti itu juga termasuk pengudusan yang disebutkan oleh leluhur kita John Wesley supaya kita diselamatkan dari kuasa dan akar dosa. Karena itu, kita harus mengenakan manusia baru yang sudah diperbaharui dengan kehidupan yang berbuah sehingga kita dapat semakin bertumbuh.
Salah satu tindakan yang harus kita lakukan adalah dari ayat 32 ─ hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Jika kita benar-benar bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita, maka kita akan dapat membangun tubuh Kristus yang lebih kuat. Kita mungkin bertanya mengapa kita harus mengampuni orang lain, terutama mereka yang telah menyakiti kita hingga meninggalkan luka yang dalam. Jika kita memiliki pikiran seperti itu, kita juga harus merenungkan dua pertanyaan ini: Apakah untungnya bagi kita jika kita tidak mengampuni orang lain dan apakah kita mengalami kerugian jika kita mengampuni orang lain? Melalui dua pertanyaan ini kita tidak dapat mencari alasan apapun untuk tidak mengampuni orang lain karena dengan belas kasihan-Nya Allah telah mengampuni kita orang berdosa. Karena itu, kita harus ingat bahwa “Kehidupan yang berubah dan berbuah berasal dari kehidupan yang diubahkan “