Hits: 304

Bacaan Firman Tuhan hari ini mengungkapkan dua kebenaran yang sangat indah, yaitu wujud nyata iman Abraham dan gambaran tentang peristiwa Golgota.

Pertama, iman Abraham nyata lewat beberapa hal:

a.Ketaatan: ketika Allah berfirman: “Persembahkanlah anakmu, yang engkau kasihi Ishak sebagai korban bakaran”. Reaksi Abraham adalah “lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya” (Kej. 22:3).

Pertanyaannya apakah Abraham terhipnotis sehingga mau melakukan tindakan di luar kesadarannya? Sesungguhnya Abraham sadar dan mau melakukan perintah Allah karena ia percaya bahwa Allah tidak pernah salah dan tahu Allah adalah kebenaran. Dari sini kita melihat konsep tentang Allah tertanam kuat dalam pemikiran Abraham. Abraham memiliki banyak pengalaman bertemu dan berbicara dengan Allah, bahkan banyak mengalami pertolongan Allah.

Pertanyaan kedua apakah Abraham tahu artinya korban bakaran? Abraham tentu tahu karena ia memiliki kebiasaan mempersembahkan korban kepada Allah. Tapi Abraham juga tahu bahwa Allah adalah sumber hidup dan Ishak adalah anak perjanjian, jika Ishak mati pasti akan dihidupkan kembali.

b.Berani mengambil resiko: ketika Ishak bertanya: “Bapa di sini sudah ada api dan kayu, di mana anak domba untuk korban bakaran itu? (Kej. 22:7). Tanpa ragu-ragu Abraham menjawab: “Allah yang akan menyediakan”Yehova Jireh (Kej. 22:8). Inilah tema renungan kita hari ini.

Abraham memiliki keyakinan penuh terhadap kuasa Allah. Abraham percaya kalau Allah yang perintah, maka Ia akan bertanggungjawab. Dan untuk melakukan perintah Allah ini memang ia harus berani mengambil resiko. Iman menuntun kita kepada kebenaran dan kebenaran yang kita ikuti sering menuntut kita harus berani menanggung resiko. Bagaimana Abraham bisa begitu percaya Allah sehingga ia berani menanggung resiko? Karena ia tahu Allah yang dipercayai adalah Allah yang transender dan imanen. Allah yang transenden adalah Allah yang kudus, agung dan mulia. Allah yang imanen adalah Allah yang menyertai kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Dengan iman seperti ini Abraham berani menanggung resiko untuk menaati perintah Allah.

Kedua, gambaran tentang peristiwa Golgota. Ini dapat kita lihat dari beberapa hal:

1. Allah adalah Allah yang pasti dan tidak ragu-ragu perintah-Nya. Hal ini bisa kita lihat ketika Ia berfirman kepada Abraham, Ia tidak meminta Abraham mempersembahkan kekayaan atau kambing domba, tetapi anak tunggal yang dikasihinya. Hal ini menggambarkan bagaimana Allah Bapa memberikan Anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus karena tidak ada seorangpun yang dapat memenuhi tuntutan-Nya, malaikatpun tidak. Hanya melalui korban anak tunggal Allah barulah terjadi perdamaian antara Allah dan manusia sehingga baik di sorga maupun di bumi ada sukacita.

2. Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak (Kej. 22:6). Hal ini menunjuk kepada kejadian Yesus memikul salib-Nya berjalan ke tempat yang bernama Golgota.

3. Abraham mengambil pisau untuk menyembelih Ishak (Kej. 22:10). Hal ini menunjuk kepada Pilatus, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat adalah pisau (alat) yang dipakai Allah untuk menyalibkan Yesus.

Hal lain yang kita lihat adalah ketika Ishak sadar bahwa dialah domba yang akan dikorbankan, ia tidak meronta atau melawan tapi ia taat pada kemauan bapanya. Hal ini sama seperti apa yang dinyatakan Tuhan Yesus: Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri (Yoh.10:18). Karena kasih, Yesus rela mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan manusia. Yesaya juga mengatakan ia seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian dan tidak membuka mulutnya. Penderitaan Yesus begitu sempurna dilukiskan di dalam kejadian 22 ini. Itulah sebabnya ketika Ishak mau dibunuh, dari langit terdengar suara: “Jangan bunuh dia, lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan sudah tersedia dibelakangnya.” Jadi korban penebusan dosa bukan manusia yang mengatur tapi Allah yang mengatur dan menyediakannya.