Hits: 692

Catatan tentang Yitro, mertua Musa, sudah muncul sejak awal kisah dalam kitab Keluaran, yaitu di Keluaran 2:11-22 (tanpa ada nama Yitro) dan Keluaran 3:1-4:17. Namun kisah tentang Yitro baru dan hanya muncul di Keluaran 18 yang terdiri dari dua kisah: 18:1-12 dan 18:13-27. Yitro adalah imam “allah” atau dewa(-dewa) yang disembah orang Midian dan bukan imam Allah Israel. Adalah praktik umum pada masa itu jika setiap bangsa memiliki allahnya sendiri dan imam yang melayani allah tersebut.

Kisah pertama “Kunjungan Yitro ke padang gurun untuk menemui Musa” (Kel. 18:1-12). Yitro mendengar segala yang dilakukan Allah kepada Musa dan kepada Israel, umat-Nya, yakni bahwa TUHAN telah membawa orang Israel keluar dari Mesir. Lalu ia membawa serta Zipora, isteri Musa, dan kedua anak laki-laki Zipora ke padang gurun dekat gunung Allah untuk menemui Musa. Setelah mendengar dari Musa apa yang dilakukan Yahwe, Allah Israel, ia mengakui kebesaran Tuhan Allah Israel dengan bersukacita dan memuji Tuhan serta kemudian, mempersembahkan korban kepada Tuhan.

Signifikansi dari kisah ini adalah: Yitro mau mengakui kebesaran Tuhan Allah Israel dan menyembah-Nya (mempersembahkan korban). Yitro jelas bukan iman dari Yahwe pastinya menyakini bahwa allah orang Midian adalah yang paling kuat. Setelah bertemu Musa di padang gurun, Yitro mendengar bahwa Tuhan sungguh telah membebaskan bangsa Israel dari tangan Firaun dengan kuasa-Nya melalui sepuluh tulah, membelah Laut Teberau, dan menyediakan kebutuhan hidup bangsa Israel di padang gurun selama beberapa bulan serta memberikan Israel kemenangan atas bangsa Amalek. Tidak heran ia pun mengatakan Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN (yaitu Allah Israel) lebih besar dari segala allah”  (18:11). Yitro mengakui akan kebesaran Tuhan, Allah Israel, yang lebih daripada allah bangsa Midian yang dilayaninya. Bukan hanya mengakui, Yitro juga mempersembahkan korban, tanda pengakuan dan penyembahan, kepada Tuhan. Tuhan, Allah Israel, yang dikenal dalam diri Tuhan Yesus Kristus, adalah Allah yang benar dan tertinggi yang patut disembah.

Kisah kedua “Pengangkatan hakim-hakim Israel” (Kel. 18:13-27). Pada keesokan harinya, Musa duduk mengadili dari pagi hingga petang di mana ia menjadi hakim atas masalah-masalah yang dihadapi bangsa Israel. Ia memberikan keputusan kepada masalah mereka sesuai dengan petunjuk Allah (ay. 13-16). Yitro menegur Musa bahwa apa yang dilakukannya tidak baik karena akan melelahkan bangsa Israel dan diri Musa sendiri. Ayat 19-20. Yitro menasihati Musa dan memberikan dua nasihat kepada Musa.

Pertama, Musa akan mewakili bangsa Israel kepada hadapan Allah dan membawa perkara-perkara mereka kepada-Nya (ay. 19). Musa juga harus mengajarkan kepada bangsa Israel ketetapan dan keputusan Allah mereka mengetahui jalan yang harus mereka jalani dan pekerjaan yang harus mereka lakukan sesuai kehendak Allah (ay. 20).

Kedua, Musa akan mengangkat orang-orang yang akan membantunya yaitu para hakim. Para hakim haruslah “orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” Pengaturannya adalah: Masalah yang “kecil” pertama-tama akan diusahakan diselesaikan oleh para hakim. Apabila masalah itu terlalu besar dapat dibawa kepada Musa dan Musa dapat membawanya untuk diselesaikan di hadapan Tuhan. Pelajaran dari kisah ini adalah prinsip yang berfokus pada Tuhan. Hidup bangsa Israel bergantung pada Tuhan sehingga Musa perlu mengajarkan ketetapan dan keputusan Tuhan kepada mereka supaya mereka mengikutinya. Tatkala bangsa Israel menghadapi perselishan dan perbedaan pendapat dan masalah itu terlalu besar untuk diselesaikan para hakim yang ditetapkan atas mereka, mereka akan datang kepada Musa dan Musa akan membawanya ke hadapan Tuhan supaya masalah tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan kehendak Tuhan. Memang sepatutnya orang percaya menjadikan Tuhan dan jalan-Nya sebagai standar tertinggi dari kehidupannya.