Hits: 119

Sepengetahuan kita, dalam Kejadian pasal 4 dicatat kasus pembunuhan pertama sejak dunia dijadikan adalah Kain membunuh Habel, adiknya. Ini adalah kelanjutan dari akibat dosa  Adam dan Hawa di pasal 3. Manusia sungguh tidak mau melakukan perintah Tuhan. Kain ingin menjadi “tuhan” atas dirinya sendiri dan meninggalkan Tuhan sebagai penciptanya. Sesungguhnya, ketika Hawa melahirkan Kain, jelaslah bahwa ia telah menyadari dirinya adalah orang yang lemah dan ia pun memuji Tuhan, katanya: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.” Namun, karena manusia jatuh di dalam dosa dan tidak bertobat,  maka Kain melanjutkan lagi kesalahan manusia; ia bukan hanya ingin menjadi “tuhan” bagi diri sendiri tapi juga ingin menjadi “tuhan” bagi orang lain, akhirnya ia dihukum oleh Tuhan.

Mengapa Kain begitu keras kepala dan hukuman berat apa yang diterimanya? Dalam bagian firman Tuhan ini kita hanya melihat TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Dan TUHAN berkata kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej. 4:6-7). Jika kita membaca lagi Ibr.11:4 dan 1Yoh.3:12 jelaslah bahwa iman dan perilaku Kain bermasalah. Apa pun yang dipersembahkannya, tapi masalah utama adalah  kembali ke perbuatan dan imannya kepada Tuhan. Dari Kej. 4:6-7 kita dapat melihat bahwa Tuhan telah memberikannya kesempatan untuk bertobat dari kesalahan tapi Kain tidak menunjukkan pertobatannya, sebaliknya ia pergi membunuh adiknya. Kejadian ini tidak berakhir begitu saja, ketika Tuhan bertanya kepada dia di mana adiknya. Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku? Karena itu, jelaslah bahwa Kain tidak bertobat. Ia tidak mau mengakui bahwa perbuatan adalah salah. Dan terakhir ia dihukum oleh Tuhan menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.

Sesungguhnya, untuk menunjukkan pertobatannya asal Kain mau dengan tulus mengakui dosanya dan memohon pengampunan Tuhan, pasti Tuhan akan mengasihani dia. Tapi karena iman dan perbuatan Kain kepada Tuhan yang bermasalah, membuat ia disebut “si jahat”. Ketika kita berbuat dosa, apakah kita bersedia dengan hati yang tulus memohon pengampunan kepada Tuhan? Dalam hubungan antar manusia, jika kita berbuat salah kepada orang lain, apakah kita akan meminta maaf dengan tulus? Seringkali karena kita memandang diri sendiri lebih tinggi daripada orang lain bahkan lebih tinggi dari Tuhan, sehingga membuat kita sangat sulit untuk meminta maaf dan bertobat. Biarlah kita belajar dari peristiwa Kain, apabila kita berbuat salah, baik bersalah kepada Tuhan maupun sesama, hendaklah kita meminta maaf dengan tulus untuk menunjukkan pertobatan kita. Karena itu, kita harus menyenangkan hati Tuhan di dalam iman dan perbuatan kita.