Hits: 175

Setiap dari kita pasti berdoa kecuali semuanya berjalan dengan lancar selalu maka Anda tidak perlu berdoa. Mengapa umat Kristen di Korea lebih tekun berdoa daripada umat Kristen di Indonesia? Karena mereka sepanjang tahun di dalam krisis. Dalam krisis atau penderitaan orang akan lebih bertekun dalam doa. Seringkali dalam menghadapi masalah baru kita banyak berdoa, begitu tidak ada masalah maka kita sedikit berdoa, dalam keadaan baik kita tidak berdoa, dan dalam kesulitan baru kita rajin berdoa. Bagaimana kita harus belajar berdoa? Tema kita hari ini: “Beranilah Untuk Berdoa”. Di dalam Mazmur 6 ada lima hal mengajar kita bagaimana berdoa:

  1. Doa yang benar-benar berani bukan tak kenal takut tapi doa yang mengalahkan ketakutan. Manusia takut banyak hal: takut mati, sakit, miskin dsbnya. Tapi apapun yang kita takutkan, kiranya itu memotivasi kita untuk berdoa. Doa Daud ini dengan masa mudanya berbeda. Pada waktu muda ia tidak takut apa-apa. Ia tidak takut menghadapi musuh yang tinggi besar Goliat, tapi sekarang sudah tua maka ia menjadi sangat takut. Semakin berusia seseorang akan semakin takut. Musuh Daud di sini adalah anak kandungnya sendiri, karena itu ia sangat sedih dan takut. Ketakutan ini mendorong dia berani untuk berdoa. Dalam ketakutan orang akan sungguh-sungguh untuk berdoa. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, ketika berdoa di taman Getsemani, Ia juga merasa sangat takut. Doa di taman Gestemani adalah doa yang berani.
  2. Orang yang berani untuk berdoa bukan karena ia seorang pemberani tapi dalam kelemahannya ia mengandalkan Tuhan. Dalam ratapannya Daud berkata: “Setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.” Orang Tionghoa mengatakan: “Pria tidak menangis”. Karena mereka menganggap menangis adalah ekspresi orang lemah. Tapi Yesus pernah menangis juga, Ia berdoa dengan ratap tangis di Getsemani. Orang yang berdoa dengan ratap tangis adalah orang yang berani untuk berdoa. Karena ia menyadari betapa lemah dirinya sehingga ia harus bersandar kepada Tuhan, seperti yang dikatakan Paulus: Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2Kor. 12:10).
  3. Berani untuk berdoa bukan berarti doa kita langsung dijawab oleh Tuhan. Doa ada 3 macam: a. Segera dijawab. b. Tidak djawab. C. Menunggu. Sampai kapan harus menunggu? Seperti doa Daud: “TUHAN, berapa lama lagi untuk selamatkan aku?” (Mzm. 6:3). Perlukah berdoa dan terus menunggu” Ya, harus bertekun berdoa. Ketika seseorang tidak mau berdoa, ia makin perlu untuk berdoa. Doa yang sungguh-sungguh diperlukan adalah membuka hati kita di hadapan Tuhan. Doa sejati adalah doa yang beriman dan tidak jemu-jemu. Iman sejati adalah iman yang tahan uji.
  4. Orang yang benar-benar berani untuk berdoa bukan untuk mengalami kuasa dan kekuatan Tuhan tapi untuk mengalami kasih dan kebaikan Tuhan. Doa Daud: “TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu.” (Mzm. 6:5). Tanpa kasih Tuhan kita akan mudah jemu untuk berdoa. Hendaklah kita membiarkan kasih Tuhan menggerakkan dan membakar kita supaya kita selalu berdoa dan sabar sampai pada akhirnya. Karena kita tahu bahwa Tuhan selalu mengasihi kita. Dari kasih salib jelaslah bahwa kasih Tuhan tidak pernah berubah. Dalam segala keadaan Tuhan tetap mengasihi kita, demikianlah juga kita harus mengasihi Dia. Orang yang mengasihi Tuhan dan mengalami kasih-Nya akan berani untuk berdoa
  5. Berani untuk berdoa bukan untuk menunggu akibat baik, melainkan mau mengiklarkan kemenangan Tuhan. Kita harus beriman dan sabar menunggu. Iman sejati memberi kepastian kepada kita bahwa suatu hari nanti kita akan pulang ke sorga. Iman sejati juga membawa sorga ke dalam hati (hidup) kita dan dunia ini. “Ya, Tuhan, datanglah kerajaan-Mu.”Dalam penderitaan dan keputusasaan seorang pemberani tetap memiliki iman. Meskipun ia berada dalam keadaan sangat menderita, bahkan tidak ingin hidup lagi, tapi ia tetap melanjutkan hidupnya. Ini adalah doa yang paling berani dan pernyataan kemenangan Tuhan Yesus bahwa Ia sudah ada di dalam hidup kita. Satu doa yang berani bukan segera melihat akibat baik tapi tetap berharap kepada Tuhan di dalam keadaan yang tidak baik. Ketika Paulus dan Silas di dalam penjara dengan kaki terpasung, kira-kira tengah malam mereka berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah (Kis. 16:25). Menyanyikan puji-pujian dalam keadaan sangat menderita, adalah doa yang paling berani dan berganda. Dalam keadaan sangat menderita jangan bertanya kepada manusia “mengapa”, tetapi bertanyalah kepada Allah. Tuhan Yesus pernah bertanya kepada Allah Bapa: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Tetapi kita jangan berhenti di sini, selanjutnya mengucap syukurlah dan memuji Tuhan. Ini adalah doa yang sangat berani dan indah.