Hits: 967

Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus mendahulukan doa. Setiap kali dalam menghadapi suatu masalah, berdoalah terlebih dahulu. Namun, seringkali kita menggunakan cara sendiri dahulu atau dengan kata lain kita lupa mengandalkan kuasa doa. Umumnya jika masalah besar menimpa kita barulah kita bersandar kepada Tuhan, tapi kalau masalah kecil, tanpa sadar kita sering mengandalkan kekuatan sendiri untuk mengatasinya. Tapi ajaran Alkitab tidak demikian. Dalam segala hal kita harus berdoa kepada Tuhan untuk memohon pertolongan. Karena itu harus memprioritaskan doa di dalam kehidupan kita.

 Yak. 5:13-18 adalah satu bagian Firman Tuhan yang menekankan tentang doa dan secara khusus memberitahukan kita bahwa sebagai anak-anak Tuhan, kita harus dahulukan doa. Mengapa kita harus mengandalkan doa terlebih dahulu?

Pertama, kita akan melihat pengalaman doa dari seorang nabi. Pada waktu itu nabi Elia sedang menghadapi kejahatan raja Ahab dan Allah mau memakai Elia untuk menyatakan keagungan-Nya. Allah mau memakai nabi Elia sebagai saluran-Nya untuk menghukum raja Ahab dengan tidak menurunkan hujan. Ketika Elia berdoa lagi langit menurunkan hujan. Dalam Kitab Yakobus dicatat bahwa Elia adalah manusia biasa seperti kita dan karena ia telah bersungguh- sungguh berdoa maka Allah menyatakan perbuatan-Nya. Dengan kata lain, Elia mengandalkan kuasa Allah sehingga Allah melalui Elia menyatakan perbuatan ajaib. Demikian juga kita, harus sungguh-sungguh berdoa mengandalkan kuasa Allah supaya melalui kita, Allah juga mau menyatakan kemuliaan-Nya.

Kedua, jika Allah mau kita sungguh- sungguh berdoa mengandalkan Dia untuk menyatakan kemuliaan-Nya maka doa seperti ini adalah doa yang memiliki kuasa. Dalam ayat 16 dicatat bahwa “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Tapi sebelum ayat ini ada syaratnya yaitu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan. Jadi bukan hanya mengandalkan kuasa Allah saja, ayat ini juga mengingatkan kita untuk merendahkan diri dan mengaku dosa. Jika kita mengakui kekuasaan Allah tapi tidak sadar akan kedudukan diri sendiri, maka doa kita akan menjadi semacam “perintah syukur”. Maksudnya adalah doa kita memang adalah doa syukur, tapi waktu masuk doa permohonan,kita sepertinya sedang memerintahkan Tuhan harus menggenapinya. Doa yang manjur harus didahului dengan pengakuan dosa dan kelemahan kita. Karena itu, dalam doa kita tahu mengaku dosa-dosa sendiri dan siapa yang berkuasa, doa seperti ini akan memiliki kuasa.

Terakhir, dalam ayat 13 dicatat “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!”; hal ini mengajarkan kepada kita kapan sesuatu terjadi pada kita, harus dahulukan doa bukan mengatasinya dulu baru berdoa. Jadikanlah doa sebagai solusi pertama bukan terakhir. Di hadapan Tuhan tidak ada perbedaan hal besar dan kecil. Di dalam segala situasi carilah dahulu Dia! Karena kita sudah tahu kuasa Allah dan kekuatan doa, maka ingat “Mari, berdoalah!”. Sebagai manusia, dalam keadaan lancar kita sering lupa berdoa dan bersandar kepada Tuhan, tapi ketika berbagai kesulitan dan masalah datang menimpa kita baru sadar harus mengandalkan Tuhan. Tuhan mau kita “Mari, berdoalah!” bersandar kepada Dia dalam hal-hal besar maupun kecil, karena hasilnya adalah kuasanya sangat besar. Maka dalam segala hal ingatlah untuk selalu mendahulukan doa karena Allah menunggu kita berkata: “Mari, berdoalah!”