Hits: 616

Pada awal penciptaan manusia Allah membentuk suatu lembaga atau persekutuan hidup antara laki-laki dan perempuan, dengan tujuan supaya mereka saling melengkapi dan beranak cucu. Alkitab mengatakan awalnya Allah hanya menciptakan satu Adam dan satu Hawa, itu berarti lembaga perkawinan yang dibentuk oleh Allah sendiri bersifat monogami yaitu satu suami satu istri. Tapi satu kesalahan yang sampai sekarang terus terjadi adalah satu suami dengan banyak istri.

Allah memberi ketetapan atau aturan di dalam pernikahan itu, yaitu tidak boleh ada pernikahan sejenis, yaitu laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Ketetapan/aturan Allah ini harus ditaati oleh manusia. Manakala ketetapan tersebut dilanggar pasti akan timbul permasalahan. Dalam Roma 1:26-32 dilukiskan situasi kemerosotan moral yang luar biasa gelapnya, mereka menuruti nafsu mereka yang hina. Wanita-wanita tidak lagi tertarik kepada laki-laki seperti yang lazimnya pada manusia, melainkan tertarik kepada sesama wanita. Lelaki pun begitu juga; mereka tidak lagi secara wajar mengadakan hubungan dengan wanita, melainkan berahi terhadap sesama lelaki. Hati nurani manusia sudah tidak punya peranan lagi. Akhirnya segala sesuatu berjalan tanpa control. Bahkan yang lebih mengerikan adalah manusia menjadikan kejahatan sebagai jalan keluar. Mengapa demikian?

  1. Karena manusia tidak merasa perlu untuk mengakui Allah (ayat 28), dengan kata lain manusia menyingkirkan Allah dari hidupnya. Manusia tidak mentaati ketetapan/aturan dari Allah. Manusia ketika sudah tidak memerlukan Allah di dalam kehidupannya, maka manusia kehilangan sifat baiknya, bahkan kehilangan sifat kemanusiaannya (mati rasa), contoh: ayah membunuh anaknya, istri membunuh suaminya, sedangkan singa dan harimau yang buas pun tidak tega membunuh anaknya. Tapi manusia yang tidak mengakui Allah, bisa membunuh keluarganya sendiri maupun orang lain dan baginya itu hal biasa.
  2. Mengapa manusia mau meninggalkan Allah? Karena Allah dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk dapat bebas melakukan keinginan-keinginannya, karena Allah membuat ketetapan yang membelenggu keinginan manusia. Dalam ayat 32 kita diberikan gambaran yang sangat jelas bila manusia dengan sadar membuang Allah dari hidupnya, akibatnya adalah binasa. Pelanggaran terhadap hukum Allah hukumannya adalah mati. Setiap orang sudah ditentukan untuk diadili namun Allah menghendaki supaya manusia selamat.

Mengapa hukuman tidak segera dilaksanakan? “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?(Roma 2:4). Orang yang penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan, pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua,…patut dihukum mati (ayat 29-31). Tapi karena kasih, Allah tetap memberi kesempatan agar manusia berpaling dari dosa dan bertobat, sehingga hidup kita penuh berkat dan anugerah-Nya.