Hits: 655
Jika kita membaca dan merenungkan isi dari Mazmur pasal 1 secara teliti, maka tidak sulit menemukan pengaturan untuk pengeditan dari seluruh Mazmur. Editor tidak sembarangan mengatur posisi Mazmur, tapi melalui sikap yang sangat teliti setelah ia membaca dan merenungkan barulah secara hati-hati diedit dan disusunnya. Secara khusus, susunan pasal 1, itu sangat tepat. Mazmur ada 150 pasal, diantaranya latar belakang penulis jarak waktunya hampir seribu tahun, untuk menyusun dan mengeditnya secara tepat sungguh tidak mudah. Dan pasal 1 ini dapat dikatakan merupakan intro dari seluruh kitab Mazmur. Karena dengan ringkas ia telah menyatakan seluruh isi dan fungsi seluruh Mazmur ini secara sempurna.
Mazmur adalah perkataan-perkataan dan maksud dari Allah yang disampaikan kepada manusia melalui pemazmur, yang berarti juga adalah Firman hidup. Semua orang ingin memperoleh bahagia. Tetapi manusia sering memiliki konsep yang salah tentang bahagia, mereka berpendapat bahwa bahagia adalah ketenaran dan kekayaan, sehingga berusaha sekuat tenaga, bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Namun, meskipun sudah mendapatkannya, tapi pada akhirnya bahagia yang diperoleh ternyata bukan bahagia yang sebenarnya, juga manusia tidak menikmati kebahagiaan seperti yang dibayangkannya. Seringkali bahagia ini sangat singkat, bahkan menimbulkan bencana keluarga berantarakan.
Jikalau manusia ingin memiliki kehidupan yang berarti, hidup yang diberkati, itu bukan mengacu kepada ketenaran dan kekayaan. Banyak orang demi untuk mendapatkan ketenaran dan kekayaan, maka tidak segan-segan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Tapi setelah itu adalah berkat atau bencana, ia juga tidak menikmati kebahagiaan seperti yang dibayangkannya. Karena itu, dari awal penulis sudah memberikan kita tiga kata “tidak”: tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Dan segera dilanjutkan dengan satu penyataan ucapan bahagia yang sangat jelas. “Berbahagialah orang yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (ay. 2). Yang Kesukaannya ialah Taurat Tuhan (hukum Tuhan, firman Tuhan), ini barulah berkat atau bahagia yang sesungguhnya. Mengapa?
Karena ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
- Pohon: yaitu pohon yang memiliki hidup, bukan kayu yang diukir atau dicat dalam berbagai warna yang indah tapi hanya berupa hiasan yang mati (tidak memiliki hidup).
- yang ditanam di tepi aliran air, yang setiap saat mendapatkan pasokan untuk hidup, dan dapat memenuhi kebutuhan orang lain (yang menghasilkan buahnya pada musimnya), karena berkat/bahagia yang hanya untuk diri sendiri, itu bukan berkat/bahagia yang sesungguhnya. Seperti pohon buah tidak pernah menikmati sendiri buah-buah yang dihasilkannya.
- Sekalipun kekeringan datang, juga tidak layu daunnya. Manusia siapakah yang dapat menjamin sepanjang hidupnya selalu lancar dan tidak ada musibah atau kesulitan. Ketika badai kehidupan melanda, siapakah yang menjadi sandaranmu? Dalam penyertaaan Tuhan, apalagi yang kita cemaskan. Pohon yang ditanam di tepi aliran air, mengapa kuatir tidak ada air? TUHAN adalah penolongku, apalagi yang kutakutkan? Apa yang bisa dilakukan oleh si jahat? Bagaimana dengan mereka yang hanya mengandalkan diri sendiri? Dimanakah sandaran mereka?
Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. Jelaslah bahwa orang yang jauh dari Tuhan, kesudahannya sungguh menyedihkan.