Hits: 1855

Dari kitab Ayub kita akan merenungkan bagaimana menghadapi penderitaan dengan kesabaran? Yak. 5:11 “ Kamu telah mendengar tentang kesabaran Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.” Kitab Ayub menunjukkan kepada manusia puncak keberanian dari pengharapan. Di sini kita dapat melihat keberanian dan pengharapan berasal dari Allah. Mengacu kepada tema pagi ini “Kesesakan dalam kesabaran”, ada tiga poin akan kita renungkan bersama:

  1. Mengetahui bahwa setiap orang mempunyai kesulitan atau penderitaan di dalam hidupnya. Siapakah yang tidak pernah mengalami kesulitan di dalam hidupnya? Setiap orang mempunyai kesulitan masing-masing, ini adalah hal yang tidak dapat dihindari di dalam hidup ini. Ada sebuah buku berjudul “Peta jiwa” awal kalimatnya adalah hidup manusia penuh penderitaan. Mengapa semua orang datang ke dunia ini dengan tangisan? Tentu saja, ini adalah tanda hidup, namun di sisi lain ingin memberitahukan kita bahwa ini adalah awal perjalanan hidup yang penuh penderitaan. Masalah di tahun 2015 tidak menghilang pada tahun 2016.
  2. Memahami apa hubungan penderitaan dengan kita. Mengapa di dunia ini ada penderitaan? Kita lihat Ayub, namanya berkaitan dengan penderitaan, maka ketika kita mendengar tentang Ayub kita tahu adalah tentang penderitaannya, karena Ayub mengalami penderitaan lebih daripada orang lain, sehingga ia sering bertanya “mengapa? Mengapa saya?” Ketika kita mengalami penderitaan, kita juga akan mengajukan pertanyaan seperti ini. Kita menghadapi kesulitan di dalam keluarga, masalah kesehatan, pergumulan hidup dsb. Ayub berdiri di hadapan Allah mengajukan pertanyaan ini untuk kita, karena penderitaan yang dialaminya sama seperti kita. Kitab ayub adalah kitab yang mempelajari tentang masalah penderitaan, dan memberitahukan kita mengapa dalam dunia ada penderitaan, ia adalah kisah tentang hati yang hancur. Dalam Alkitab disebutkan Ayub adalah orang yang saleh dan jujur, ia takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, juga orang yang diberkati Tuhan. Ia tidak melakukan kesalahan, tapi dalam sekejap semuanya berubah, karena dalam satu hari, ia kehilangan anak-anaknya dan segala yang dimilikinya, juga tidak mendapatkan dukungan dari istrinya. Meskipun demikian dalam pembicaraan Ayub terlihat satu hal, yaitu ia tidak ingin kehilangan Allah, karena ia tahu akan kasih dan kebesaran Allah, ini adalah dorongan yang sangat besar dari dia bagi kita. Ingatlah bahwa dalam hidup ini ada penderitaan, dan renungkan akan misteri penderitaan dan Allah, dengan demikian ketika kita mengalami penderitaan, kita akan mengintropeksi diri, apa hubungan penderitan dengan kita. Dalam penderitaan jangan bersungut-sungut kepada Allah, karena penderitaan akan mengasah dan membuat kita lebih kuat. Ada banyak hal tampaknya sulit dan akan menghambat maupun menjatuhkan kita, tapi sebenarnya adalah satu kesempatan besar yang terbungkus di dalam penderitaan, karena itu kita harus bertahan dan pantang menyerah. Ini adalah hubungan penderitaan dengan kita.
  3. Tahu menghadapi penderitaan dengan respon positif. Ini adalah era kurangnya keuletan, semua mau cepat, sehingga kita tidak mudah untuk menghadapi kesulitan. Karena itu kita harus dapat meresponi penderitaan dengan sikap/respon positif. Ketika orang mengalami penderitaan akan bertanya dimanakah kasih Tuhan dan merasa bahwa Tuhan tidak adil. Demikian juga Ayub terus mengajukan pertanyaan ini, begitu juga teman-temannya mengatakan bahwa Tuhan tidak adil. Apakah benar Tuhan tidak adil? Pertanyaan yang diajukan Ayub sungguh tegang dan tulus, juga cocok untuk era ini, karena dalam kehidupan sering ada banyak hal yang tidak adil. Kitab Ayub adalah satu kitab yang penuh misteri. Pembacanya bisa mendapatkan kepuasan jiwa tapi secara rasio tidak mendapatkan kepuasan. Dalam 37 pasal, Ayub tidak menemukan Tuhan, apalagi teman-temanya. Mereka menggunakan alasan untuk menjelaskan kepada Ayub bukan dengan hati. Ketika Ayub teringat akan Tuhan maka ia berkata: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”

Sejauh mana kita memiliki kesabaran? Sabar adalah teguh dan menderita. Kesabaran adalah berjalan melewati satu sekering yang sangat panjang sebelum Anda marah, sehingga secara perlahan-lahan berhenti marah. Seseorang bukan dilahirkan sudah bisa sabar, tapi kita harus belajar. Kesabaran bukan suatu kebaikan yang harus dipelajari oleh para tahanan dan pasien saja, tapi kesabaran adalah suatu ujian. Kesabaran bukan berarti berpangku tangan, menunggu hal yang tak terhindari terjadi. Sabar sungguh tidak mudah. Mungkin tempat yang paling sulit untuk bersabar adalah di dalam wadah penderitaan, adalah waktu Tuhan menguji kita. Selama kita masih hidup di dunia ini, itu berarti karya Tuhan di atas diri kita belum selesai. Meskipun siput selama ada kemauan/keuletan akan dapat masuk ke dalam bahtera. Psikologi memiliki satu istilah “sukacita yang tertunda”, yang adalah bahwa kita harus memiliki prinsip hidup bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian, untuk mengatur berbagai proses kehidupan, dalam suka dan duka. Jadi no pain, no gain, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian, karena itu kita harus belajar bersabar.