Hits: 298
Memasuki di dalam tahun yang baru dengan kondisi yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kiranya dalam beberapa minggu ini kita dapat semakin menata ulang kembali akan apa yang menjadi dasar kehidupan kita, visi di dalam perjalanan hidup kita dan hari ini kita akan menata ulang kembali kehidupan kita dengan Allah. Dalam waktu-waktu yang lalu mungkin di tengah-tengah begitu cepatnya kehidupan kita yang kita lalui, perlahan-lahan kita merasakan sudah terbiasa melewati masa-masa pandemi ini sehingga kitapun tidak “hidup” lagi dengan Allah. Oleh sebab itu, lewat perenungan kali ini kiranya kita bisa kembali lagi menata kehidupan kita dengan Allah yang sungguh-sungguh menghidupi kita.
Lewat pembacaan firman Tuhan kali ini (Yohanes 21:15-19), kita mau merenungkan kembali sebenarnya apa yang Tuhan Yesus inginkan di dalam kehidupan Petrus yang saat itu sudah kembali lagi kepada kebiasaan lamanya yaitu sebagai nelayan. Tiga kali Tuhan Yesus bertanya tentang “kasih” dari Petrus kepada-Nya dan inilah yang membuat hati Petrus hancur karena penekanan akan mengasihi Tuhan. Pemakaian 2 kata kasih dalam bahasa aslinya, Yesus ingin menunjukkan bahwa kasih Petrus jangan hanya dari kehendak saja, akan tetapi juga dari hati. Kasih yang diharapkan oleh Yesus adalah timbul dari maksud dan juga dari hubungan pribadi yang sudah mereka jalin.
Selanjutnya pada waktu meresponi akan kasih yang disampaikan oleh Petrus, Yesus meminta Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Ketulusan hati dalam mengasihi diwujudnyatakan dengan tindakan yang dapat terlihat; Petrus akhirnya dengan sungguh-sungguh melayani Tuhan sampai akhir hidupnya dan menggembalakan jemaat Tuhan. Akhirnya, dalam ayat 18-19 mencatat bahwa setelah Yesus menubuatkan akan akhir hidup dari Petrus, Yesus mengakhiri bagian ini dengan mengatakan “ikutlah Aku!”. Yesus mau supaya Petrus tetap mengikuti-Nya walaupun perjalanan pelayanan ke depan pastinya akan menghadapi begitu banyak tantangan bahkan sampai ancaman nyawa.
Di dalam perjalanan hidup kita yang tidak menentu saat ini, bagaimanakah kehidupan kita dengan Tuhan? Kita selalu berkata bahwa kita mengasihi Dia, akan tetapi pertanyaannya kembali kepada apakah kita sudah mengasihi-Nya dengan tulus bukan dari kehendak saja tetapi sampai dari hati kita yang terdalam. Selanjutnya jikalau kita benar-benar mau mengasihinya kitapun harus mewujudnyatakannya dengan menggembalakan akan domba-domba yang sudah Ia percayakan. Kita bisa memperhatikan akan orang di sekeliling kita, menyampaikan apa maksud firman Tuhan kepada mereka dan juga memberikan bimbingan, perlindungan serta teguran. Untuk melakukan hal ini pastinya kita sungguh membutuhkan akan pertolongan dari Tuhan dengan mengikuti-Nya sampai akhir karena hanya dari Dialah kita dapat memperoleh kekuatan yang akan memampukan kita. Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa mengasihi Tuhan dengan menggembalakan domba-domba-Nya dan terus mengikuti-Nya untuk dapat terus hidup sesuai yang diinginkan-Nya.