Hits: 90

Seperti yang diketahui semua orang, bangsa Israel pada awalnya adalah sebuah negara, tetapi ketika cucu Daud, Yerobeam, menjadi raja, bangsa Israel terpecah menjadi dua negara karena kesombongan dan pemberontakan melawan Tuhan. Utara disebut Israel dan selatan disebut Yehuda. Namun, masih banyak yang tidak takut akan Tuhan dan kawin campur dengan wanita asing yang menimbulkan masuknya berhala bangsa lain di kedua negara tersebut, maka dengan sendirinya masyarakat juga menyembah dan bahkan membawa masuk berhala ke dalam bait Allah. Belum lagi percabulan yang sangat berdosa kepada TUHAN Allah. Meski Tuhan terus membangkitkan nabi-nabi untuk menasehatkan dan menegur mereka, tapi mereka tetap menolak untuk mendengarkan para nabi, bahkan para nabi dibunuh oleh mereka.

Pada akhirnya, pada 722 SM, Allah membiarkan negara tetangga utara Asyur menaklukkan kerajaan Israel utara, dan dengan demikian juga memperingatkan kerajaan selatan Yehuda bahwa jika mereka tidak bertobat, maka mereka akan berakhir dengan cara yang sama. Namun, meskipun beberapa raja yang baik muncul di Kerajaan Selatan untuk mereformasi dan menyucikan bait suci dan kembali kepada Allah, tapi tetap ada beberapa raja yang jahat muncul. Pada saat yang sama, orang-orang tidak sepenuhnya kembali kepada Tuhan. Sehingga Tuhan menyatakan kepada mereka melalui nabi Yeremia dalam ayat 25: “Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya. Tapi di antara juga memberi mereka janji. Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan kepada bangsa itu oleh karena kesalahan mereka, juga kepada negeri orang-orang Kasdim, dengan membuatnya menjadi tempat-tempat yang tandus untuk selama-lamanya. Inilah yang TUHAN katakan (ayat 11 dan 12). Artinya 70 tahun kemudian mereka akan kembali membangun negerinya .

Kemudian, pada 722 SM, Nebukadnezar raja Babel memimpin pasukan besar datang menghancurkan Yerusalem, dan raja beserta semua pemuda remaja yang kuat ditawan ke Babel. Tetapi karena nubuat Yeremia, mereka ditawan ke Babilonia tidak begitu pesimis. Tetapi ketika mereka tiba di Babel, mereka melihat bahwa bangsa Babel jauh melampaui apa yang mereka bayangkan dalam segala aspek (militer, budaya, kekayaan …). maka mulailah merasa dingin dan pesimis. Ditambah dengan hasutan dari beberapa nabi palsu pada saat itu, hal itu bahkan membuat mereka makin tawar hati dan patah semangat. Dan kehilangan kekuatan hidup, dan kehilangan kepercayaan pada Tuhan.

Oleh karena itu, setelah Yeremia mengetahui tentang situasi ini, dia segera menulis surat ini di Pasal 29 kepada orang Israel yang ditawan di Babel, sekali lagi menyatakan kepada mereka bahwa janji TUHAN tidak akan gagal, dan bahwa mereka akan hidup dalam damai dan membangun rumah kediaman mereka, juga menghadapi apa yang harus dilakukan dalam hidup dan berdoa untuk perdamaian Babel. Karena begitu genap tujuh puluh tahun, Allah akan menggenapi apa yang Dia janjikan.

Mengapa? Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yer. 29:11). Ya, sejak penciptaan langit dan bumi, rancangan Tuhan bagi kita manusia selalu rancangan damai sejahtera, perdamaian, perasaan aman, dan  rancangan yang penuh harapan.

Dia menyediakan alam semesta yang indah untuk umat manusia. Bahkan setelah umat manusia jatuh ke dalam dosa dan menghindari-Nya, Dia tetap dengan sabar menunggu manusia untuk sadar dan kembali kepada-Nya, seperti seorang ayah yang penuh kasih menunggu anak yang hilang kembali. Sekarang, meskipun orang Israel telah berulang kali memberontak melawan Dia, Dia tetap menyediakan perdamaian bagi mereka.

Kelahiran Yesus Kristus menunjukkan hal ini lebih lagi. Betapa umat manusia bobrok dan melawan-Nya, tetapi malaikat itu menyatakan: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14). Doa terakhir Yesus Kristus di kayu salib : “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk.23:34).

Pada saat yang sama, ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya, Dia berkata, “Damai sejahtera bagimu!” Ya, ini adalah kehendak Tuhan. Selama hampir setahun, situasi apakah yang kita hadapi, bagaimana kehidupan kita … Apakah kita takut? Adakah damai? Kita harus lebih yakin bersandar dan percaya kepada Dia, Allah Bapa! Karena rancangan-Nya bagi kita adalah rancangan damai sejahtera.